DMI.OR.ID, JAKARTA – Di masa kepemimpinan Ketua Umum Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) bertekad untuk menegakkan kedaulatan rakyat melalui masjid. Tekad ini menjadi bagian penting dari dimensi ideologis DMI.
Ketua PP DMI, Drs. KH. Ahmad Bagdja, menyatakan hal itu pada Jumat (27/4) malam, saat menjadi narasumber dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) III DMI DKI di Fave Hotel, Jakarta Barat. Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, acara ini mengangkat tema: Melalui Rakerwil III DMI DKI Jakarta 2018, Kita Tingkatkan Konsolidasi dan Kinerja Organisasi serta Pemantapan Kemitraan.
“Pertama, untuk apa ada DMI? nilai-nilai luhur apa yang pantas kita tegakkan? jawabannya, masjid menjadi solusi penting untuk menegakkan kedaulatan rakyat karena 90 persen masjid-masjid di Indonesia didirikan secara swadaya oleh masyarakat,” jelas Kyai Bagdja.
Membangun kedaulatan rakyat, lanjutnya, berarti membangun kekuatan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Satu pilihan yang bisa diterima oleh semua pihak adalah masjid. “Saat itulah kita mulai membangun Indonesia masa depan melalui masjid,” imbuhnya.
Menurutnya, Mimpi besar dan tugas DMI adalah konsolidasi pengurus masjid dari aspek filosofis untuk mewujudkan perubahan Indonesia di masa depan. Caranya ialah dengan menguatkan dan menegakkan ukhuwwah diantara pengurus masjid. “Sekecil apa pun, peluang untuk menyatukan ummat harus terus diupayakan. Tinggal tugas kita menemukan apa isu bersamanya,” ucapnya.
“Proses perubahan Indonesia dimulai sejak era reformasi melalui jalur politik. Elite politik menempuh jalur itu dengan cara mengamandemen Undang-Undang Dasar (UUD) RI Tahun 1945. Misalnya ada pemilihan presiden (pilpres) secara langsung dan timbulnya partai-partai politik,” tuturnya.
Namun, tanyanya, apakah regulasi politik itu sudah seperti apa yang kita cita-citakan? jawabannya adalah belum. “Justru nilai-nilai politik itu sering merusak patokan-patkan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,” ujarnya.
“Lalu kita coba pakai pendekatan ekonomi. Ternyata, prakteknya adalah privatisasi perusahaan negara dengan menggunakan modal asing. Apakah praktek ekonomi itu sudah memberikan kemakmuran keada masyarakat? Jawabannya belum. Lalu dengan pendekatan apa lagi? secara text book ada, yakni pendekatan kekuatan sosial seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan DMI,” katanya.
Kyai Bagdja pun menyatakan bahwa masjid menjadi tempat beribadah bagi umat Islam dari berbagai macam suku, aliran, madzhab, partai politik, dan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam. “Seluruh umat Islam dapat beribadah di masjid,” tegasnya.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Mental dan Spiritual Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, H. Aceng Zaini, S. Ag., M.H., dengan didampingi Ketua PW DMI Provinsi DKI Jakarta, Drs. KH. Makmun al Ayyubi, yang juga memberikan kata sambutan.
Acara ini berlangsung pada Jumat (27/4) siang, ba’da sholat Jumat berjama’ah, bertempat di Masjid Al-Hurriyah, Jalan Kembang Mulya Puri Indah, Kembangan Selatan, Kembangan, Jakarta Barat. Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, acara inI mengangkat tema: Melalui Rakerwil III DMI DKI Jakarta 2018, Kita Tingkatkan Konsolidasi dan Kinerja Organisasi serta Pemantapan Kemitraan.
Turut hadir puluhan pengurus dari jajaran Pimpinan Daerah (PD) DMI se-DKI Jakarta, yakni PD DMI Kota Administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Diantaranya ialah Ketua PD DMI Kota Administrasi Jakarta Pusat, KH. Ade Kusumah, Ketua PD DMI Kota Administrasi Jakarta Barat, Drs. KH. Sulaiman Rais, M. Ag., dan Ketua PD DMI Kota Administrasi Jakarta Utara, Ustaz H. Muhammad Yusuf.
Dalam sesi pertama penyampaian materi, narasumbernya ialah Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi DKI Jakarta, H. Saiful Mujan, S. Ag. , M.A. Adapun moderator diskusi ialah Wakil Ketua PW DMI DKI Jakarta, KH. Noor Syuaib Munzir, S.H., M.A.
Sementara narasumber dalam sesi kedua rakerwil ini ialah Ketua Pimpinan Pusat (PP) DMI, Drs. K.H. Ahmad Bagdja. Sesi kedua ini berlangsung usai para peserta sholat Maghrib dan makan malam.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani