DMI: Atasi Perbedaan dengan Ukhuwwah Islamiyyah, Wathoniyyah dan Basyariyyah

DMI: Atasi Perbedaan dengan Ukhuwwah Islamiyyah, Wathoniyyah dan Basyariyyah

DMINEWS, JAKARTA – Perbedaan yang bersifat khilafiah (cabang) dan bukan prinsipil di internal ummat Islam harus disikapi dengan sikap lapang dada, toleransi, rasa persaudaraan dan ukhuwwah (rasa persatuan) Islamiyyah.

Bahkan perbedaan keyakinan antara ummat Islam dengan penganut agama lainnya, baik senegara maupun antar negara, harus disikapi dengan saling menghormati dan saling menghargai dalam kerangka ukhuwwah wathoniyah (persatuan kebangsaan) dan ukhuwwah basyariyyah (persatuan seluruh dunia).

Ketua Departemen Dakwah dan Pengkajian Pengurus Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Drs. KH. Ahmad Nuril Huda, menyatakan hal itu saat diwawancarai DMINEWS, Kamis (29/4) siang.

Tepatnya, usai kunjungan Delegasi Muslim Amerika Serikat (AS) untuk bersilaturrahmi dengan perwakilan berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam di Kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta.

“Dalam Islam, dikenal istilah ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariyah yang dapat mempersatukan seluruh umat manusia. Melalui dua metode yang kita terapkan itu, insya Allah dapat mengatasi konflik akibat perbedaan,” tutur Kiai Nuril.

Ummat Islam, lanjutnya, juga harus sabar dalam menghadapi berbagai perbedaan antar sesama ummat Islam maupun dengan penganut agama lainnya. Untuk bisa sabar, umat harus berilmu dan llmu tidak datang dengan sendirinya, harus ada guru. “Kalau nggak ada guru, nggak ada ilmu,” tuturnya.

Menurutnya, perbedaan di lingkup internal ummat Islam terjadi karena penafsiran berbeda terhadap masalah-masalah khilafiah dalam agama Islam. Setiap penafsir itu cara berfikirnya berbeda-beda dalam menafsirkan masalah khilafiah, tergantung ilmu yang dimiliki penafsir itu. “Jadi, tafsiran terhada ajaran agama Islam yang sifatnya khilafiah tidak harus sama,” paparnya.

“Termasuk perbedaan etnis, hal itu tidak masalah dalam Islam. Umpamanya, di Amerika Serikat (AS) ada kelompok Black Moslem, Mulim Pakistan/ India, Muslim Melayu dan etnik lainnya, hal itu tidak masalah. Begitu pula masjid berbasis kebangsaan atau negara seperti Masjid Pakistan, kondisi itu terjadi di AS,” ungkapnya.

Contoh lainnya, di AS ada madzhab Sunni dan madzhab Syiah, perbedaan itu tidak masalah, silahkan saja, yang penting jangan sampai berkonflik. “Di dunia ini, ada 48 sekte atau madzhab dalam Islam, sedangkan di negara kita ini paling tidak hanya 8 sekte/ madzhab. Jadi, memang ada bermacam-macam aliran dalam Islam,” jelasnya.

Hal terpenting, tuturnya, adalah prinsip-prinsip dalam keimanan seorang Muslim. Jadi, ada yang pinsipiil dan ada yang tidak (khilafiah).

 

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Keterangan Foto: Suasana Pertemuan dengan Delegasi Muslim AS

Bagikan ke :