DMI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pemikir/ Aktifis LSM, Adi Sasono

DMI.OR.ID, JAKARTA – Indonesia telah kehilangan seorang tokoh pemikir sekaligus aktifis/ penggiat kemandirian masyarakat, yang kini dikenal dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yakni DR. Ir. H. Adi Sasono, mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam Kabinet Reformasi Pembangunan di era Presiden Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Drs. H. Muhamad Natsir Zubaidi, menyatakan hal itu dalam rilisnya kepada DMI.OR.ID, Ahad (13/8) malam.

“Saya mengenal sosok Almarhum sejak menjadi pemimpin Redaksi Mimbar Demokrasi, tabloid mahasiswa di Bandung yang saat ini bersaing dengan tabloid Mahasiswa Indonesia,” tutur Natsir.

Lalu, lanjutnya, ia bertemu lagi dalam Pelatihan Pers Mahasiswa di Solo pada 1966, sewaktu mas Adi Sasono bersama dengan pimpinan harian Redaksi Mimbar Demokrasi, Nono Anwar Makarim. “Waktu itu, saya menjadi aktifis Pelajar Islam Indonesia (PII) Kota Surakarta,” ujarnya.

Saat masih aktif di Pengurus Besar (PB) PII (1973-1979), Natsir pun baru tahu kalau Adi Sasono adalah keponakan dari Mohammad Roem.

“Setiap mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI yang legendaris dalam diplomasi Roem-Royyen itu mengundang makan malam para diplomat dari Amerika Serikat (AS) dan Australia, beliau selalu mengundang mas Dahlan Ranuwiharjo, Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), mas Adi Sasono, dan saya” paparnya.

Menurutnya, Adi Sasono adalah seseorang yang tidak mau diam dan selalu bergerak dengan mengajak anak-anak muda mendirikan Lembaga Studi Pembangunan (LSP) yang berkantor di Jalan Sudirman, Jakarta.

“Bersama mas Dawam Rahardjo, mas Adi Sasono mengajak almarhum Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) untuk aktif di LSP dan Lembaga Pendidikan, Penelitian, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES),” jelasnya.

Adi Sasono, lanjutnya, juga mendirikan Lembaga Penelitian, Pengabdian, dan Pengembangan Masyarakat (LP3M) bersama-sama KH. Yusuf Hasyim (Paman Gus Dur) dan KH. Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh. Lembaga ini bertujuan memberdayakan pondok pesantren.

Pada tahun 80-an, ungkapnya, Adi Sasono juga merekrut anak-anak muda dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, HMI, dan PII sehingga muncul nama-nama seperti Muhammad Nasichin Hasan, KH. Masdar Farid Mas’udi, Fachri Ali, dan Jaya Nasti.

“Bahkan Prof. Dr. Din Syamsuddin, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dan Prof. Dr. Bachtiar Effendie, serta Habib Chirzin termasuk menjadi binaan mas Dawam Rahardjo, mas Adi Sasono, dan mas Utomo Danandjaya,” paparnya.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

 

Bagikan ke :