DMI.OR.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indoneia (DMI) bekerjasama dengan Merial Institute telah menyelenggarakan survei bertajuk Persepsi dan Aspirasi Generasi Muda Terhadap Pengelolaan Masjid di 12 kota di Indonesia. Survei ini diselenggarakan selama lima hari, pada 17-21 Juli 2018.
Survei ini dipublikasikan pada Jumat (27/7) siang di Kantor PP DMI, Jakarta, dengan acara bertajuk Riis Survei dan Diskusi Masjid di Mata Generasi Milenial.
Berdsarkan pantauan DMI.OR.ID, kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber seperti Ketua PP DMI, Drs. KH. Ahmad Bagdja, dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PP Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) DMI, Ahmad Syarifudin.
Narasumber lainnya ialah Sekreraris Deputi Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (
Turut memberikan sambutan Ketua Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid PP DMI, drg. Muhammad Arief Rosyid Hasan, M.K.M. Hadir pula Ketua PP DMI, Drs. H. Muhammad Natsir Zubaidi, Sekretaris Pp DMI, Ir. Hj. Jaorana Amiruddin, M.Si., Bendahara PP DMI, Dra. Hj. Dian Artida, dan Direktur Program PP DMI, Dr. H. Munawar Fuad Noeh, M.Si.
Menurut Daniel Ikandar, survei ini dilakukan terhadap 888 pemuda Muslim berusia 16-30 tahun yang berdomisili di 12 kota besar di Indonesia. “12 kota itu ialah Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, dan Palembang,” paparnya seperti dikutip dari laman https://nasional.kompas.com.
“Kami menanyakan kepada responden, apakah ia rutin beribadah ke masjid setiap harinya. Hasilnya ada 33,6 persen responden. Artinya, dalam sehari itu ada satu dari tiga anak muda yang beribadah ke masjid,” ungkap Danial pada Jumat (27/7), seperti dikutip dari laman https://kumparan.com.
Responden survei ini, lanjutnya, ialah anak muda karena berdasarkan hasil proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) RI, saat ini terdapat 64 juta anak muda di Indonesia. Responden survei juga menjawab pertanyaan tentang materi ceramah yang mengandung ujaran kebencian terhadap etnis atau agama tertentu, serta ajakan untuk berpolitik praktis.
“Hanya 6,98 persen responden yang pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan untuk memusuhi agama atau etnis tertentu. Hanya 2,03 persen responden yang setuju terhadap hal itu,” jelas Danial.
Selain itu, imbuhnya, hanya 15,6 persen responden yang pernah menemukan materi ceramah berisi ajakan untuk berpolitik praktis di masjid. “Lalu responden yang setuju dengan materi itu (politik praktis) hanya 15,54 persen reponden,” ujar Danial.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani