PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) bersinergi mengoptimalkan peran masjid untuk penguatan ekonomi masyarakat. Sebagai langkah awal, BSI dan DMI akan mengimplementasikan layanan QRIS untuk memudahkan masyarakat melakukan transaksi zakat, infak, sedekah, dan aktivitas keuangan lain untuk masjid. Penandatanganan kesepahaman optimalisasi masjid tersebut dilakukan oleh Direktur Information Technology BSI Achmad Syafii dan Sekretaris Jenderal DMI Imam Addaruqutni disaksikan Ketua Umum DMI Jusuf Kalla, Direktur Utama BSI Hery Gunardi, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasarudin Umar, dan Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Kewirausahaan DMI Sofyan Djalil. Penandatangan dilakukan di Kantor Pusat Bank Syariah Indonesia, Gedung The Tower Jakarta, Rabu (29/9).
Dalam sambutannya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan saat ini masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga sebagai pusat peradaban bagi umat Islam. Soalnya, masjid dapat berfungsi sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi umat, seperti penyelenggara Baitul Maal, unit pelayanan zakat, infaq dan shodaqah. Oleh karena itu, masjid menyimpan potensi yang sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan umat sekaligus menjadi pilar penting terwujudnya cita-cita pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia. Hery juga menyebut era digital yang cepat dan dinamis harus juga direspons oleh industri perbankan syariah e-commerce, fintech, koperasi syariah, maupun masjid sehingga potensi ekonomi kerakyatan salah satunya ziswaf yang mencapai Rp500 triliun dapat dikelola dengan baik, transparan, dan digital. Melalui kerja sama ini, BSI berkomitmen menyediakan layanan untuk masjid-masjid di bawah naungan DMI berupa Layanan QRIS (Quick Response Indonesia Standard) untuk mempermudah penerimaan kas dan ziswaf dari jemaah secara cashless sekaligus menyukseskan tercapainya target 12 juta merchant QRIS yang dicanangkan oleh Bank Indonesia di tahun ini, rekening pengelolaan dana masjid lengkap dengan layanan net banking dan jasa perbankan syariah lain, serta aplikasi digital masjid yang dapat menghadirkan keterbukaan informasi keuangan, informasi ibadah, maupun kajian masjid yang dapat diakses baik oleh pengurus maupun jemaah masjid secara realtime kapan pun dan di mana pun.
“Ke depan, kami berharap dapat bersinergi dengan Dewan Masjid Indonesia di bawah dukungan Kementerian Agama dalam mengoptimalkan pengelolaan dana masjid, sehingga semangat untuk memakmurkan dan dimakmurkan oleh masjid dapat tercapai,” lanjutnya. Ketua Umum DMI Jusuf Kalla dalam sambutannya menjelaskan bahwa ekonomi syariah memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. JK menyebut pembiayaan mudharabah yang menjadi salah satu produk unggulan perbankan syariah sebenarnya tidak berbeda jauh dengan modal ventura yang sedang menjadi tren pembiayaan saat ini tetapi dengan sistem bagi hasil. Untuk itu, JK menyambut dengan positif kerja sama yang dilakukan antara DMI dan BSI agar bisa menjadi salah satu jalan memakmurkan masjid.
“Yang kita lakukan hari ini bersama-sama semoga punya manfaat, karena masjid memiliki potensi untuk menjadi costumer. Semakin makmur jemaah, akan makin makmur masjidnya. Kerja sama ini penting untuk mendorong jemaah mengamalkan kebaikannya. Jadi sistem syariah ini luar biasa kalau dijalankan dengan sistem yang baik. Kami mengapresiasi BSI yang bisa berkembang,” ucap Jusuf Kalla. Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin menyebut kerja sama BSI dan DMI bisa memaksimalkan potensi besar dari masjid di Indonesia yang jumlahnya hampir mencapai 800.000 unit. Karena itu, Kamaruddin menyebut masjid saat ini tidak lagi menjadi pusat pengembangan agama saja tetapi harus bisa menjadi pusat pengembangan ekonomi untuk umat. Hal senada juga disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng bahwa upaya BSI membawa produk digitalnya ke masjid akan mempercepat pemberdayaan umat.
“BI menyambut positif yang dilakukan BSI dan DMI hari ini, karena masjid merupakan tempat strategis untuk pemberdayaan umat. Dalam pemulihan ekonomi di masa pandemi, digitalisasi dan inovasi menjadi kunci. Ada tiga manfaat inovasi dan digitalisasi, yaitu meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan partisipasi dalam segala aktivitas,” tutup Sugeng. (RO/OL-14)