DMI.OR.ID, JAKARTA – Bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia, seperti asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan, disusul dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), bahkan beberapa diantaranya meninggal dunia, merupakan dampak dari sikap kerakusan dan ketamakan manusia dalam mengelola Sumber Daya Alam (SDA).
Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dr. H. Nadjamuddin Ramly, MA., menyatakan hal itu dalam sesi seminar bertema Pandangan Tokoh Agama: Membawa Gerakan Moral utuk Menghentikan Perusakan Lingkungan Hidup dan Mengurangi Laju Perubahan Iklim, pada Kamis (15/10) pagi di Balai Kartini, Jakarta.
Seminar sesi kedua dalam kegiatan Rembuk Nasional Tokoh Agama Menanggapi Perusakan Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim ini bertema Bangun Gerakan Moral – Hentikan Perusakan Lingkungan Hidup dan diselengarakan oleh perwakilan majelis-majelis agama yang ada di Indonesia seperti MUI, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).
“Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia terjadi karena perbuatan tangan manusia yang merusak lingkungan hidup. Minimal 80 persen atau bahkan 99 persen kerusakan lngkunagn hidup terjadi akibat tangan manusia,” tutur Nadjamuddin yang juga Ketua Departemen Sarana, Hukum dan Waqaf Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada Senin (15/10).
Kondisi ini, lanjutnya, seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ruum Ayat 41:
{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).
Menurutnya, banyak perusahaan yang mengeliminir atau menghemat ongkos (biaya) untuk pengelolaan hutan lestari dan berkelanjutan dengan cara membakar hutan dan lahan demi mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar-besarnya. “Hal ini terjadi akibat sikap rakus dan tamak yang dimiliki manusia,” tegasnya.
“Padahal lebih dari 14 abad yang lalu, Rosulullah Muhammad SholAllahu A’laihi Wasallam (SAW) bersabda bahwa sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, termasuk bagi lingkungan hidup. Itu sebabnya upaya-upaya pemuliaan lingkungan hidup harus disosialisasikan hingga ke akar rumput, sehingga mampu menularkan aspek kebaikan bagi masyarakat,” ungkapnya.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc., Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, Prof. Dr. H. Muhammad Siradjuddin (Din) Syamsuddin, MA., pemerhati lingkungan hidup, Wimar Witoelar, dan Ketua Tim Penggerak Indonesia Bergerak Menyelamatkan Bumi, Dr. Ir. H. Hayu Prabowo.
Hadir pula tokoh-tokoh agama dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), serta berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani