Presiden Widodo: Pentingnya Ekonomi Syariah, Bonus Demografi, dan Inovasi Teknologi

DMI.OR.ID, JAKARTA – Sistem ekonomi syariah telah diakui dunia sebagai kekuatan ekonomi baru dengan nilai transaksi mencapai jutaan dollar Amerika Serikat (AS) dan meliputi beragam aspek kehidupan manusia seperti kuliner, fashion, seni, dan arsitektur.

Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, menyatakan hal itu pada Selasa (2/8) pagi, dalam pidatonya saat membuka Forum Ekonomi Dunia Islam atau World Islamic Economic Forum (WIEF) ke 12 di Jakarta Convention Centre (JCC), Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

WIEF ke 12 ini mengangkat tema Decentralising Growth, Empowering Future Business atau Desentralisasi (Pemerataan) Pertumbuhan, Memperkuat Bisnis di Masa Depan serta berlangsung sejak Selasa (2/8) hingga Kamis (4/8).

“Keuangan syariah merupakan industri yang bernilai jutaan dollar AS. Selera ummat Islam dalam beragam produk busana, kuliner, seni dan arsitektur juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Industri ini telah menciptakan ekonomi baru,” tutur Presiden Widodo pada Selasa (2/8) pagi.

Presiden Joko Widodo juga mengajak ummat Islam di seluruh dunia untuk memaksimalkan kekuatan fundamental yang dimiliki, yakni potensi bonus demografi dengan ledakan penduduk berusia muda dalam waktu dekat.

“Masyarakat Muslim di seluruh dunia harus menggunakan salah satu kekuatan fundamentalnya, yakni potensi demografi, di mana usia rata-rata anak muda Muslim adalah 23 tahun, sementara kelompok usia menengah mencapai 30 tahun,” paparnya.

Komposisi demografi masyarakat Muslim, lanjutnya, juga menjadi yang terbaik di antara kelompok-kelompok penganut agama lainnya di dunia. Namun, potensi besar ini tidak akan maksimal jika ummat Islam tidak bisa mengatasi tantangan yang ada.

“Di sisi lain, dunia Islam sedang menghadapi beberapa tantangan yang cukup berat, seperti tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda,” ungkapnya.

Menurutnya, langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi beragam tantangan itu adalah dengan mengintegrasikan masyarakat dan teknologi sehingga dapat dihasilkan inovasi yang mampu meningkatkan nilai tambah.

“Saat ini, kita hidup di era dimana inovasi tidak bisa kita tinggalkan seperti rekayasa genetika, percetakan tiga dimensi, dan teknologi robotik yang berkembang sangat cepat. Inovasi akan menciptakan pemenang,” imbuhnya.

Namun, Presiden Widodo juga mengingatkan agar ummat Islam berhati-hati dalam berinovasi.

“Kita harus melaksanakannya dengan hati-hati agar inovasi benar-benar mampu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat serta dapat menciptakan lapangan kerja bagi para pemuda,” jelasnya.

Tantangan lainnya, lanjutnya, saat ini dunia sedang mengalami ketidakstabilan dan beragam dinamika sosial politik. Hal ini tampak dari semakin tinginya ketidaksetaraan pendapatan dan pemulihan ekonomi yang melambat.

Dalam pembukaan ini, Presiden Widodo tampak memukul gong beberapa kali dengan disaksikan langsung oleh Menteri Keuangan (Menkeu) RI, His Excelency (H.E.) Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D., dan Ketua WIEF Foundation, H.E. Tun Datok Musa bin Hitam

Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, Acara pembukaan ini turut dihadiri sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan serta perwakilan resmi negara-negara sahabat, seperti Perdana Menteri (PM) Malaysia, H.E. Dato’ Sri Haji Mohammad Najib bin Tun Haji Abdul Razak, dan Presiden Republik Tajikistan, H.E. Emomali Rahmon.

Presiden Widodo dan kedua kepala negara/ pemerintahan itu juga memberikan pidato pembukaan bersama-sama dengan Menkeu RI, Ketua WIEF Foundation, dan Deputi Perdana Menteri Kerajaan Hasyimiah Yordania untuk Urusan Ekonomi, H.E. Dr. Jawad Al Anani, yang juga Menteri Industri, Perdagangan dan Penawaran.

Pembicara utama lainnya ialah Presiden Republik Guinea, H.E. Prof. Alpha Conde, Perdana Menteri Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka, H.E. Ranil Shriyan Wickremesinghe, dan Presiden Islamic Development Bank (IDB), H.E. Dr. Ahmad Mohamed Ali Al-Madani, serta Menteri Industri, Perdagangan dan Investasi Republik Federasi Nigeria, H.E. Dr. Aisha Abubakar Abdulwahab.

Beberapa perwakilan negara sahabat juga  memberikan pidato pembukaan, seperti Menteri Ekonomi dan Perdagangan Keemiran Qatar, H.E. Dr. Sheikh Ahmed Bin Jassim Al Thani, dan Sekretaris Negara bidang Tenaga Kerja dan Pelatihan Vokasional Kerajaan Kamboja, H.E. Okhnha Datuk Othman Hassan.

Perwakilan negara sahabat lainnya ialah Menteri Hubungan dan Kerjasama Internasional Afrika Selatan, H.E. Maite Nkoana-Mashabane, Menteri Perindustrian dan Pertambangan Republik Demokratik Rakyat Aljazair, H.E. Abdesselem Bouchouareb, serta Menteri Perencanaan Republik Rakyat Bangladesh, H.E. A H M Mustafa Kamal.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bagikan ke :