DMI.OR.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan berupaya mewujudkan Masjid Ramah Lingkungan atau populer disebut Eko-Masjid sebagai bentuk pemuliaan lingkungan hidup oleh umat Islam. Saat ini, ada lebih dari satu juta masjid dan musholla di seluruh Indonesia. Ummat Islam harus menyadari betapa pentingnya pemuliaan lingkungan hidup untuk menyelamatkan bumi.
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, Prof. Dr. H. Muhammad Siradjuddin (Din) Syamsuddin, MA., menyatakan hal itu pada Kamis (15/10) pagi, dalam konferensi pers di sela-sela acara Rembug Nasional Tokoh Agama Menanggapi Perusakan Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim dengan tema Bangun Gerakan Moral – Hentian Perusakan Lingkungan Hidup.
“MUI akan bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKH) untuk mewujudkan Masjid Ramah Lingkungan atau Eko-Masjid. Jika berhasil, lebih dari satu juta masjid dan musholla di seluruh Indonesia akan ramah lingkungan dan ummat akan menyadari petingnya pemuliaan lingkungan hidup,” tutur Din Syasuddin pada Kamis (15/10) di Balai Kartini, Jakarta.
MUI, lanjutnya, juga mengusulkan kepada Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian LKH agar setia jama’ah haji dan umroh asal Indonesia menanam satu pohon atau dikenal dengan Eco-Pilgrimage (Eco-Hajj).
“Kalau perlu, setiap pasangan yang akan menikah hendaknya menanam satu pohon. Hal ini penting untuk menanamkan budaya anti perusakan lingkunagn hidup,” paparnya.
Menurutnya, MUI sudah lama melakukan langkah-langkah untuk menanggulangi kerusakan lingkungan hidup di Indonesia, seperti tercermin dalam Fatwa MUI tentang Pelestarian Satwa Langka untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem, dan tiga fatwa MUI lainnya tentang sampah, pertambangan, dan sumber daya air.
Dalam pelaksanaan keempat fatwa ini, MUI juga bekerjasama dengan Kementerian LKH dan organisasi keagamaan lainnya di Indonesia.
“Empat fatwa MUI di bidang pelestarian lingkungan hidup ini juga didukung oleh World Wide Fund For Nature (WWF) dan dalampelaksanaannya juga mengajak para tokoh agama, tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup dan ormas-ormas keagamaan lainnya yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Terkait bencana asap akibat pembakaran hutan dan lahan, lanjutnya, Din Syamsuddin pun mengajak berbagai elemen masyarakat di Indonesia untuk bersama-sama menanggulanginya, termasuk lembaga pendidikan, masyarakat madani, LSM, dan pemerintah.
Kegiatan ini dihadiri oleh Menteri LHK RI, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc., Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, Prof. Dr. H. Muhammad Siradjuddin (Din) Syamsuddin, MA., pemerhati lingkungan hidup, Wimar Witoelar, dan Ketua Tim Penggerak Indonesia Bergerak Menyelamatkan Bumi, Dr. Ir. H. Hayu Prabowo.
Hadir pula tokoh-tokoh agama dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), serta berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani