DMI.OR.ID, NEW YORK – Hanya sedikit orang Indonesia yang berminat dengan Negara Islam Iraq dan Suriah (NIIS) atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dibandingkan dengan orang-orang Eropa. Pasalnya, mayoritas orang Indonesia menganut ajaran Islam yang moderat sehingga tidak tertarik dengan ISIS.
Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), DR. H. Muhammad Jusuf Kalla, menyatakan hal itu dalam jumpa pers di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (29/9) pagi waktu setempat, seperti dikutip dari laman .
“Kalau orang Eropa banyak terbuai ketika diberi harapan indah oleh ISIS lewat media sosial, bahwa kalau masuk ke ISIS bisa masuk surga. Oleh karena itulah, mereka banyak belajar ke Indonesia tentang Islam yang moderat,” tutur Wapres Kalla yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada Selasa (29/9) pagi.
Tumbuhnya akar ekstrimisme dan radikalisme, lanjutnya, menjadi semakin subur dengan kepemimpinan dan struktur pemerintahan yang buruk. Apalagi ada kemiskinan dan ketidakadilan dalam memberikan jaminan kehidupan.
Sebelumnya, Wapres Kalla berpidato dalam pertemuan para pemimpin dunia di Markas Besar PBB, New York, tentag perlawanan global terhadap gerakan NIIS atau ISIS dan aksi radikalisme.
“Untuk mewujudkan keamanan dan perdamaian dunia dari aksi-aksi radikalisme seperti dilakukan ISIS, jangan sampai terjadi intervensi militer dari pihak ketiga,” tegas Wapres Kalla yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Menurutnya, meskipun dengan dalih demi demokrasi intervensi miiter itu dilakukan, hal yang justru yang terjadi adalah kegagalan demokratis di negara itu. Jadi, jangan ada intervensi militer ke satu negara atas dalih apapun, termasuk demokrasi,” tegasnya.
Ia pun mencontokan negara Irak dan Afghanistan sebagai contoh negara yang mengalami kegagalan demokrasi karena intervensi militer oleh negara asing, meskipun dengan dalih demokrasi.
Penulis: Muhammad Ibrahm Hamdani