Wapres Kalla: Pelajari Tsunami Aceh, Bangkitkan Kultur Sadar Bencana

DMI.OR.ID, JAKARTA – Bangsa Indonesia perlu belajar lebih mendalam dan menyeluruh dari berbagai macam kejadian bencana alam yang pernah terjadi seperti gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut), gempa bumi dan erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan gempa bumi di Sumatera Barat (Sumbar).

Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), DR. H. Muhammad Jusuf Kalla, menyatakan hal itu pada Senin (8/5) pagi saat memberikan kata sambutan dan membuka secara resmi Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Riset Kebencanaan Keempat Tahun 2017 di Balairung Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Kegiatan ini berlangsung sejak Senin (8/5) hingga Rabu (10/5) serta diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) bekerjasama dengan Universitas Indonesia serta didukung penuh oleh Kementerian Riset, Teknologi (Kemenristek), dan Pendidikan Tinggi (Dikti) RI.

“Meningkatnya bencana di Indonesia perlu diantisipasi dengan mengembangkan kultur sadar bencana untuk mengurangi risiko bencana. Bencana bersifat multidimensi sehingga semua ilmu harus memberikan solusi terhadap bencana. Selalu dinamis dan harus dapat dilakukan preventif,” tutur Wapres Kalla pada Senin (8/5), seperti dikutip dari laman http://www.antaranews.com.

Dalam konteks ini, Wapres Kalla mencontohkan masyarakat di Pulau Simelue, Aceh, yang memiliki kesadaran bencana cukup tinggi sehingga dapat terhindar dari dahsyatnya dampak kehancuran fisik (korban jiwa dan luka-luka maupun material) akibat gempa bumi dan tsunami di Aceh (Banda Aceh dan sekitarnya) pada 25 Desember 2004 silam.

“Ketika merasakan gempa besar, warga langsung berlari ke bukit. Kultur masyarakat Simeulue itu justru menyelamatkan warga sekitar. Hanya ada korban 10 jiwa, sedangkan di Aceh yang tidak memiliki kultur ini korbannya lebih dari 100 ribu jiwa,” papar Wapres Kalla yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan masjid Indonesia (DMI) itu.

Padahal, Pulau Simelue lebih dekat dengan pusat gempa daripada Kota Banda Aceh. Warga Banda Aceh lari ke pantai saat terjadinya gempa bumi hingga tsunami datang menerjang kota. Namun di Simelue warga justru ari ke bukit ketika gempa terjadi.

“Mengapa saat tsunami Aceh (pada 2004), Pulau Simeulue yang lebih dekat dengan pusat gempa korbannya jauh lebih sedikit dibanding Banda Aceh? Di Simeulue, (saat) gempa orang langsung lari ke gunung. Di Banda Aceh, orang (justru) makin dekat ke pantai hingga kemudian datang tsunami,” ungkap Wapres Kalla seperti dikutip dari laman http://www.wapresri.go.id.

Wapres Kalla pun meminta semua pihak untuk mengadopsi kultur (budaya) masyarakat di Pulau Simelue menjadi kultur sadar (waspada) bencana di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di wiayah rawan bencana. “Apalagi indonesia merupakan negara kepuauan yang dikelilingi oleh cincin api Pasifik dan  memiliki banyak daerah rawan bencana,” paparnya.

Wapres Kalla yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat itu pun menekankan pentingnya riset tentang kebencanaan di Indonesia. “Riset kebencanaan ini penting untuk mencari cara terbaik dalam upaya tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca bencana,” imbuhnya.

Hal ini dianggap penting berdasarkan pengalaman pribadi Wapres Jusuf Kalla yang telah menangani bencana alam di Indonesia selama 17 tahun terakhir. Tepatnya, saat menjabat sebagai Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) di masa Presiden Kelima RI, DR. Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri.

“Perlu adanya buku panduan berdasarkan apa dan di mana bencana itu terjadi. Menangani bencana di Jawa tentu berbeda dengan di Sumatra,” ucap Wapres Kalla yang pernah menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (PBPP) RI pada 2013 lalu.

Dalam rangkaian acara ini, Wapres Jusuf Klla juga  meresmikan acara Launching Buku Khutbah Kebencanaan yang dibuat dengan kerja sama antara DMI, BNPB, dan IABI. Buku itu berjudul Bunga Rampai Khutbah Kebencanaan Pengurangan Resiko Bencana. Dalam prosesi ini, Wapres Jusuf Kalla didampingi oleh Rektor UI, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Anis, M.Met.

Turut hadir sejumlah pengurus PP DMI, yakni Wakil Ketua Umum PP DMI, Drs. KH. Masdar Farid Masudi, M.Si., Ketua PP DMI, Drs. H. Andi Mappaganty, M.M., dan Drs. H. Muhammad Natsir Zubaidi, Sekretaris Jenderal PP DMI, Drs. H. Imam Addaruquthni, M.A., dan Sekretaris PP DMI, Ir. H. Ifan Haryanto, M.Sc., Ph.D.

Hadir juga Bendahara PP DMI, H Syaifuddin Nawawi, S.H., dan Dra. Hj. Dian Artida, dan Sekretaris Pemberdayaan Organisasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) PP DMI, Drs. H. Khusnul Khuluk, M.M., serta Ketua Departemen Pengembangan Ekonomi Umat (PEU) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) PP DMI, H. Iskandar Sulaiman, S.E., M.Si.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bagikan ke :