DMI.OR.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A., menyatakan bahwa para khatib harus mengintegrasikan antara dakwah bil lisan dengan dakwah bil hal dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam masjid saat memberikan khotbah maupun di luar masjid.
“Kita juga harus menggabungkan dakwah bil lisan dengan dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan. Ini hal penting, bagaimana kita memanfaatkan fungsi masjid dengan sebaik-baiknya. DMI akan berupaya memfasilitasinya dengan baik. Contohnya, hubungan antara khatib dengan masjid,” tutur H. Jusuf Kalla pada Sabtu (15/2) sore.
Tepatnya saat Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) 2014-2019 itu memberikan kata sambutan dalam prosesi Penutupan Rapat Kerja Nasional II dan Halaqah Khatib Indonesia di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan.
Menurutnya, hubungan antara khatib dan masjid ialah jama’ah masjid wajib mendengarkan khotbah para khatib di masjid. Di masjid, 80 persen aktivitas kita itu mendengar. “Pengalaman saya sewaktu beribadah di masjid seperti itu,” papar H. Jusuf Kalla berdasarkan pantauan DMI.OR.ID.
Itu sebabnya, lanjutnya, DMI memiliki program unggulan untuk memperbaiki akustik masjid. “Bapak-bapak jadi tidak efektif dakwahnya kalau speaker masjid tidak baik,” imbuh H. Jusuf Kalla.
“Namun, 75 persen speaker di masjid justru jelek. Bukan karena speakernya yang jelek, tetapi cara pasangnya yang kurang baik dan benar,” ujar H. Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat itu.
Kalau sound system atau akustik masjid-nya jelek, ungkapnya, akibatnya banyak jama’ah yang tertidur waktu mendengarkan khotbah Jum’at. Banyak pula jama’ah yang merasa terganggu atau tidak jelas mendengar dakwah karena speaker masjid yang bergaung.
“Hal terpenting dalam dakwah itu, pesannya harus sampai. Dakwah tidak efektif kalau pesan dakwah tidak sampai ke jama’ah masjid. Kita pun harus menjaga suasana masjid. dengan baik agar bisa beribadah dengan tenang,” jelasnya.
Sembari bercanda, pria kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada 15 Mei 1942 itu menyatakan bahwa supir angkot (angkutan kota) yang ugal-ugalan justru lebih berpahala daripada khatib masjid yang akustik-nya jelek.
“Supir angkot yang ugal-ugalan justru membuat penumpangnya istighfar, mengucapkan astaghfirullah karena terkejut. Sebaliknya, khatib di masjid yang sound system-nya jelek justru membuat orang mengantuk,” ungkapnya.
Saat ini, ujarnya, dakwah tidak bisa monoton lagi, tetapi harus bersifat menyeluruh serta direncanakan sejak awal. Dakwah harus bisa menjadikan masjid sebagai pesantren besar. “Karena setidak-tidaknya, dalam setahun itu, masyarakat dan jama’ah masjid mendengarkan ceramah dan khotbah sebanyak 100 kali dalam setahun,” imbuhnya.
“100 kali cermah dan khotbah itu terdiri dari 52 kali khutbah Jumat, 30 kali ceramah tarawih, dan sisanya ialah Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI) serta tabligh akbar dan kuliah tujuh menit (kultum),” jelasnya.
Dalam prosesi penutupan ini, H. Muhammad Jusuf Kalla didampingi oleh Wakil Ketua Umum PP DMI, Drs. KH. Masdar Farid Mas’udi, M.Si., Ketua PP DMI, Drs. KH. Abdul Manan A. Ghani, dan Ketua Umum Majelis Pimpinan Pusat (MPP) IK DMI, Dr. KH. Muhammad Hamdan Rasyid, M.A.
Turut hadir Wakil Ketua Umum MPP IK DMI, Dr. H. Munawar Fuad Noeh, M.Ag., yang juga Direktur Program PP DMI.
Kegiatan ini mengangkat tema Transformasi Khatib Wasathiyah Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 untuk Melestarikan Dakwah Rahmatan lil A’lamin. Acara penuutpan ini juga diisi oleh sejumlah narasumber, yakni Wakil Ketua Umum PP DMI, Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi (Pol). Purnawirawan (Purn). Drs. H. Syafruddin, M.Si.
Narasumber lainnya ialah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc., Waketum PP DMI, KH. Masdar Farid Mas’udi, dan Staf Khusus Wapres RI Bidang Umum, Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah, M.A.
Seorang narasumber lainnya ialah Kepala Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) RI, Dr. H. Mastuki, M.Ag., yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) MPP IK DMI.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani