DMI.OR.ID, BANDUNG – Presiden Pertama Republik Indonesia (RI), Ir. H. Ahmad Soekarno, memiliki peranan sangat penting dalam konstruksi pembangunan Masjid Negara Istiqlal di Jakarta, Masjid terbesar di Asia Tenggara,bahkan masjid terbesar ketiga di dunia sesudah Masjidil Haram di kota suci Makkah al-Mukarramah dan Masjid Nabawi di Madinah al-munawwarah, Kerajaan Saudi Arabia (KSA).
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud) RI, Dr. H. Nadjamuddin Ramly, M.Si., menyatakan bahwa pendirian Masjid Istiqlal tidak terlepas dari kehebatan karya intelektual Bung Karno yang diterjemahkan oleh arsitek Frederich Silaban, seorang arsitek fenomenal Indonesia.
“Bung Karno merupakan masterpiece (pencetus ide) dan mastermind (penggagas) Masjid Istiqlal dengan semangat utama kebebasan dan kemerdekaan bangsa Indonesia yang sangat legendaris. Konstruksi Istiqlal merupakan khayalan (impian) Bung Karno yang diterjemahkan arsitek Frederich Silaban,” tutur Dr. Nadjamuddin Ramly pada Rabu (12/7) malam di Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Menurutnya, Masjid Istiqlal menjadi simbol cita-cita Bung Karno untuk membebaskan dan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing dengan kekuatan iman dan taqwa (imtaq), serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
“Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 33 yang artinya: ‘Hai Jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan’. Jadi selain imtaq dan iptek, kekuatan itu juga meliputi penguasaan di bidang teknologi informasi,” ungkapnya.
Apalagi saat ini, imbuhnya, dunia sedang memasuki era virtual communication dan virtual interaction melalui teknologi informasi dan komunikasi, termasuk media sosial seperti Facebook, Twitter, Whats App, Instagram, Telegram, dan Line.
“Terkait hal ini, kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) telah dikenal luas sebagai kawah candradimuka (expert) dalam hal riset dan perkembangan teknologi di Indonesia,” jelas Nadjamuddin yang juga Ketua Departemen Sarana, Hukum, dan Waqaf Pimpinan Pusat(PP) Dewanasjid Indonesia (DMI) itu.
Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, kegiatan ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Takmir Masjid Indonesia dalam Forum Diskusi Terpumpun Masjid dan Arsitektur Masjid Kontemporer Indonesia pada Jumat (28/4) hingga Sabtu (29/4) di kota Jakarta.
Adapun peserta yang diundang dalam Bitek Multimedia itu ialah remaja masjid dengan usia maksimal 35 tahun dari sejumlah masjid bersejarah di Indonesia seperti Masjid Agung Sang Ciptarasa (Kasepuhan), Masjid Raya Cipaganti, Masjid Negara Istiqlal, Masjid Keraton Kanoman, Masjid Mantingan, Masjid As-Syuro (Garut), dan Masjid Salman – Institut Teknologi Bandung (ITB).
DIundang juga remaja masjid dari Masjid Merah Panjunan Sunan Gunung Jati, Masjid al-Wustho Mangkunegaraan, Masjid Agung Nur Sulaiman (Banyumas), Masjid Jami’ al-Anwar Lampung, Masjid Jami’ Bengkulu (Bung Karno), Masjid Darussalam, Masjid Agung Sumenep, Masjid Kuno Bayan Beleq, Masjid Agung al-Azhar, Masjid (Pesantren) Tebuireng, dan Masjid Agung Banten.
Turut diundang remaja masjid dari Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia, Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Sultan Suriansyah, Masjid Jogokariyan, Masjid Gedhe Kauman, Masjid Tua al-Hilal Katangka, Masjid Agung Palembang, Masjid Pabelan, Masjid Agung Jawa Tengah, Masjid Agung Demak, Masjid Agung Sunan Ampel, dan Masjid Raya Sultan RIau (Pulau Penyengat).
Remaja masjid dari Masjid Cut Meutia, Masjid al-Markaz al-Islami (Makassar), Masjid Agung Darussalam (Palu), Masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor, Masjid Raya Baiturrahman (Aceh), dan Masjid as-Salam juga turut diundang dalam acara ini.
Selain itu, akan hadir perwakilan dari Museum Bait al-Qur’an, Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila (YAMP), dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani