DMI.OR.ID, JAKARTA – Indonesia merupakan negara paling aman dilihat dari sisi agamanya. Lihat saja negara-negara Islam seperti Pakistan, Libya, Irak, Iran, Mesir, Saudi, Qatar, dan Turki yang sedang dirundung konflik internal.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), DR. H. Muhammad Jusuf Kalla, yang juga Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), menyatakan hal itu pada Sabtu (11/11), dalam sambutannya saat membuka secara resmi Muktamar VII DMI di Gedung Serba Guna (GSG) II, Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
“Hanya dengan menjaga keislaman kita yang moderat, wasathiyyah, maka konflik internal dapat dihindari. Itu sebabnya kita ingin atasi konflik sehingga negara ini teratur dan baik. Masjid juga harus adem dan memberikan ketenangan kepada jamaah,” tutur Wapres Kalla.
Menurutnya, seluruh negara Islam ingin menerapkan pemahaman moderat, Islam wasathiyyah, termasuk Kerajaan Arab Saudi (KAS). “Saudi (KAS) saja sudah bicara begitu (Islam moderat). Kalau sampai melenceng, bisa menjadi radikal. Mari kita jaga moderasi, masjid jangan menjadi provokatif, radikal (ekstrim). Kalau mengkritik harus yang positif,” jelasnya.
Menurutnya, pola hubungan antara masjid, jama’ah dan pengurusnya dengan pemerintah di Indonesia itu berbeda dengan di negara-negara Islam lainnya. “Pola hubungannya ialah komunikasi dari pemerintah ke masyarakat yang mengelola masjid sehingga pimpinan daerah harus selalu bermusyawarah ke masyarakat di bawah (akar rumput),” ungkapnya.
Wapres Kalla pun mengajak seluruh muktamirin yang hadir sebagai pengurus DMI di tingkat ilayah dan daerah utuk bersama-sama memakmurkan masyarakat. Apalagi kekurangan umat Islam di Indonesia ialah di bidang pemberdayaan ekonomi ummat.
“Kekurangan kita ialah di bidang ekonomi. Karena itu, kalau ada bazaar di masjid, jangan dilarang. Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) di dekat rumah saya itu, kalau hari Jumat ramai luar biasa. Ada pedagang yang biasa berjualan di pasar Tanah Abang, pendapatannya seminggu di sana sama dengan sehari kalau di masjid,” paparnya.
Wapres Kalla yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu pun mengingatkan kepada pengurus masjid agar mengatur sound system dengan baik saat tarhim dan pengajian sebelum azan Shubuh berkumandang.
“Sewaktu di kampung, saya sampaikan, jangan masjid itu jam 4 Shubuh sudah memulai pengajian untuk membangunkan orang. Pengajian (tarhim) itu hanya boleh lima menit saja pakai pengeras suara. Kenapa? karena rat-arata jarak antar masjid di Indonesia itu, yang terjauh hanya 500 meter. Jadi hanya butuh lima menit jalan kaki dari rumah ke masjid,” tuturnya.
Mengajinya pun, lanjut Wapres Kalla, harus langsung dari orangnya agar pengajian itu syahdu, jangan putar dari tape recorder. Nanti yang dapat pahala justru yang buat tape recorder merek Sony, Samsung, dan merek lainnya. “Kalau di Masjidil Haram, pegajian (tarhim) itu bahkan tidak ada,” imbuh Wapres Kalla yang juga mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani