DMI.OR.ID, JAKARTA – Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertekad untuk berdakwah dan menyebarluaskan pemahaman wasathiyyah Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta (Rahmatan lil A’lamin), termasuk bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini tercermin dalam pernyataan Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, Prof. Dr. (H.C.) Drs. KH. Makruf Amin, yang juga Wakil Presiden (Wapres) RI Terpilih, pada Rabu (17/7) pagi di Puri Agung Ballroom, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Tepatnya dalam kegiatan Halal bi Halal dan Seminar Sehari yang diselenggarakan oeh DMI dan MUI.
Kegiatan ini mengangkat tema Islam Rahmatan Lil A’lamin Sebagai Modal Utama Membangun Bangsa. Acara ini juga dirangkai dengan Peringatan Milad (Hari Lahir) DMI ke 47 dan peluncuran program Pendidikan Khatib dan Da’i Nasional.
“Sebagai umat Islam, kita kembali kepada al a’udah ilal mabda’, ke pangkal kita, ke-Islam-an kita, yaitu ke-Islam-an yang Rahmatan lil A’lamin. Karena memang sejatinya Islam itu Rahmatan lil A’lamin. Karena Nabi diutus wamaa arsalnaka ila rahmatan lil a’lamin. (Artinya) Saya (Allah Subhanahu Wata’ala) tidak utus engkau kecuali (untuk menebarkan) rahmat,” jelas Kyai Makruf.
Bahasa Majelis Ulama itu, lanjutnya, Islam Rahmatan lil A’lamin itu Islam wasathiyyah, Islam yang moderat. Islam moderat ini baik cara berpikir maupun dalam arti gerakan. “Cara berpikir Islam wasathiyyah, Islam rahmatan lil a’lamin, cara berpikir yang moderat atau kita istilahkan sebagai tawassuthiyah, tengah, dalam arti tidak terlalu tekstual, tapi tidak terlalu liberal,” paparnya.
Menurutnya, cara berpikir tekstual itu rigid (kaku), tanpa penafsiran, sedangkan cara bepikir liberal itu penafsirannya terlalu lebar tanpa batas, ilal hududin wa la tawwabin. Cara berpikir tekstual itu, yang oleh Imam al-Qarafi itu disebut dengan al-jumud ‘alal manqulat, statis pada teks-teks nash (Al-Qur’an dan al-Hadits) saja.
“Kata beliau (Imam al-Qarafi), kalau al-jumud a’lal manqulat abadan, dalaalun fi diin, kesesatan dalam agama kalau tekstual selamanya, wa jahlun fil maqashid u’lama il Muslimin, dan merupakan kebodohan, ketidakpahaman terhadap apa yang dimaksud oleh ulama terdahulu dan ulama-ulama salaf. Karena cara berpikir kita di dalam seperti itu,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden (Wapres) RI, Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) DMI. Beliau hadir sebagai narasumber utama (keynote speaker)dan memberikan kata sambutan dalam acara ini.
PP DMI juga menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understading/ MoU) dengan tiga perbankan syariah dan satu perbankan umum dalam acara ini. Keempatnya ialah Bank Nasional Indonesia (BNI) Syariah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Syariah Mandiri (BSM).
Keempat MoU itu ditandatangani oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) PP DMI, Drs. KH. Masdar Farid Mas’udi, M.Si., Direktur Utama BNI Syariah, Drs. H. Abdullah Firman Wibowo, M.M., Direktur Utama BRI Syariah, Drs. H. Ngatari, Direktur Utama BSM, Drs. H. Tony Eko Boy Subari, dan Direktur Consumer Banking BTN, Drs. H. Budi Satria, M.Si.
Selain itu, DMI juga menandatangani MoU dengan PT. Domet Anak Bangsa (Go-Pay) dalam acara ini. MoU ditandatangani oleh Kyai Masdar dari DMI dan Chief Executive Officer (CEO) Go-Pay, Aldi Haryopratomo, B.A., M.B.A. Prosesi penandatanganan kelima MoU ini disaksikan langsung oleh Wapres Jusuf Kalla.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani