DMI.OR.ID, JALUR GAZA – Alhamdulillahi Robbil A’lamin, peresmian Masjid Daarut Tauhiid di Gaza, Palestina, pada Kamis (31/12/15), telah berlangsung sangat mengharukan dan bahagia. Hal ini tampak dari diubahnya secara resmi nama kampung setempat menjadi Kampung Tauhiid.
Ketua koordinator Yayasan Daarul Qur’an Nusantara cabang Gaza, Palestina, H. Abdillah Onim, menyatakan hal itu dalam rilisnya kepada DMI.OR.ID, Ahad (3/1) sore.
“Sejak agresi Israel di akhir tahun 2014 silam, dan tahun-tahun sebelumnya, Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid Indonesia Daarut Tauhiid Indonesia secara rutin dan bertahap terus-menerus memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza, Palestina, baik berupa sembilan bahan pokok (sembako) maupun selimut hangat,” tutur Abdillah pada Ahad (3/1) sore.
Sejak akhir tahun 2015, lanjutnya, pihak DPU Daarut Tauhiid Indonesia telah memperluas konsep dalam merealisasikan beragam proyek di Gaza, Palestina. Saat ini, DPU Daarut Tauhiid fokus untuk melaksanakan recovery program atau program rehabilitasi dan pemulihan infrastruktur Gaza pasca agresi Israel.
“Hal ini ditandai dengan tercapainya kesepakatan dan persetujuan dengan berbagai organisasi non pemerintah (Non Government Organization/ NGO) lokal di Gaza dalam merealisasikan recovery program di Gaza,” papar Onim yang juga jurnalis Suara Palestine.
Menurutnya, recovery program dalam jangka panjang diawali dengan pembangunan satu unit masjid Daarut Tauhiid di wilayah Deir Balah, Gaza Tengah, Palestina. Program pembangunan ini diprakarsai langsung oleh Presidium Yayasan Daarut Tauhid Indonesia, KH. Abdullah Gymnastiar.
“Program ini dimulai dengan proses survei lapangan untuk masing-masing wilayah di Jalur Gaza, khususnya di daerah-daerah yang porak-poranda akibat dibombardir militer Israel. Dari hasil survei ini, kami menyimpulkan daerah Deir Balah, Gaza Tengah, Palestina, menjadi sasaran awal pembangunan Masjid Daarut Tauhid,” ungkapnya.
Awal September 2015, lanjutnya, tim konstruksi dan engineering dari DPU Daarut Tauhid Indonesia pun memulai pembangunan masjid di atas lahan waqaf dari Kementerian Agama dan Waqaf Gaza. Rencananya, proses pembangunan dijadwalkan hanya membutuhkan waktu kurang dari dua bulan.
“Namun, jadwalnya mundur dan terlambat empat bulan akibat faktor krisis material dan bahan bangunan lainnya yang melanda wilayah Gaza. Kondisi ini terjadi karena seluruh bahan material dan bangunan seperti semen, besi, dan lain-lain hanya bisa masuk ke Gaza melalui pintu perbatasan antara Gaza dan Israel, Kareem Abo Saleem,” jelasnya.
Bahan material dan bahan bangunan, ucapnya, hanya bisa masuk ke Gaza atas izin dan persetujuan dari Israel, jadi tidak ada alternatif lain.
“Penggunaan semen itu pun dengan sistem ‘satu sak semen masuk Gaza akan ditanya digunakan untuk apa? mana surat-surat pengajuan permintaan semen? bangun masjid dimana? dan luas berapa?,” ungkap Onim dengan nada kesal.
Akhirnya, setelah memenuhi persyaratan itu, barulah penjaga perbatasan memberikan semen dan memasok semen-semen itu secara berangsur. “Pokoknya ribet deh,” ucapnya. Ia juga ikut memantau proses jalannya pembangunan Masjid Daarut Tauhid yang berjalann lancar. “Lambat tapi pasti,” paparnya.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani