DMINEWS, BATAM – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman, Dwisuryo Indroyono Soesilo, dan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, telah meresmikan Masjid Muhammad Cheng Hoo di Batam pada Sabtu (21/2). Hal ini terlihat dari batu peresmian di teras depan masjid.
Masjid ini berdiri di lahan seluas 700 meter persegi dengan luas bangunan 10 x 20 meter persegi dan tinggi bangunan 11,5 meter. Adapun ruang utama salat bisa menampung hingga 300 jamaah.
Sedangkan peresmian masjid Muhammad Cheng Hoo dilakukan bersamaan dengan peresmian Jalur Wisata Ekspedisi Cheng Ho dari Golden City.
Seperti dilansir dari http://batampos.co.id, Masjid Muhammad Cheng Hoo berlokasi di dalam kawasan Golden City, Bengkong Laut, tepatnya di balik Restoran Seafood Golden Prawn dan di samping Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Bengkong.
Jika dilihat sekilas, bangunan masjid ini mirip kelenteng. Dinding masjid berbahan keramik warna merah, sedangkan empat tiang di bagian depan masjid berwarna kuning emas.
Adapun atapnya merupakan perpaduan pagoda di tiongkok dan rumah joglo di Jawa. Pagoda itu berada tepat di tengah-tengah atap joglo dan menjulang tinggi dengan tiga atap yang sama besar.
Anehnya, sebuah hiasan berlafaz Allah tertancap tepat di puncak pagoda, bahkan kaligrafi Bahasa Arab pun bertaburan di mana-mana. Misalnya di sela-sela atap pagoda, di dinding depan kanan dan kiri, serta di dinding samping bagian atas masjid.
Kaligrafi berlafaz Allah pun ditemukan di dinding di atas mimbar. Uniknya, kaligrafi itu ditulis di sebuah media berbentuk segi enam, seperti aksesori cermin segi enam yang biasa sering di rumah-rumah orang Tionghoa.
Saat ini, Batam menjadi kota kelima didirikannya Masjid Muhammad Cheng Hoo. Sebelumnya, masjid dengan nama yang sama telah muncul di Palembang – Sumatera Selatan, Pasuruan – Jawa Timur, dan Selaganggang – Purbalingga.
Masjid ini pun menjadi objek wisata religi baru di ujung utara Pulau Batam, namun masjid tetap sederhana. Dari luar, ruang utama salat langsung terlihat.
Dua sajadah panjang pun terbentang dan terlihat pula sebuah mimbar kayu berwarna cokelat yang berdiri di ujung tengah ruangan.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani