DMI.OR.ID, YOGYAKARTA – Ormas Islam modern terbesar, Muhammadiyah, Jumat Malam (17/11), menggelar Resepsi Milad ke-105. Kegiatan yang yang dilangsungkan di Pagelaran Keraton Yogyakarta tersebut mengambil tema inti: Muhammadiyah Merekat Kebersamaan
Hadir dalam perayaan yang kental dengan balutan budaya Nusantara dan keislaman yang melambangkan model akulturasi dakwah Muhammadiyah saat ormas ini didirikan 105 tahun lalu itu, puluhan tokoh nasional. Mulai dari pimpinan Parpol, Ngarso Dalem Sultan HB X, pimpinan Ormas Islam dan umum, tokoh masyarakat dan adat, pejabat negara pusat dan daerah, para pimpinan Muhammadiyah provinsi dan kabupaten/kota serta lebih 1000 an warga Muhammadiyah lainnya.
Kapolri Jenderal Pol Prof H Muhammad Tito Karnavian, MA, PhD, yang hadir memenuhi undangan didaulat memberikan sambutan atau semacam testimoni. Secara tegas Kapolri mengakui kiprah dan peran besar Muhammadiyah dalam perjuangan dan pembangunan Indonesia.
“Sejarah mengukir dan membuktikan bahwa sumbangsih dan perjuangan Muhammadiyah bagi bangsa dan negara sangat besar. Keberadaan Muhammadiyah sangat strategis bagi tumbuh dan tegaknya NKRI,” tegas Kapolri.
Mantan Kepala BNPT itu lalu menjelaskan, bahwa Indonesia yang sangat beragam, sangat luas wilayahnya membutuhkan kebersamaan segenap elemen bangsa.
“Banyak negara besar pecah karena tidak mampu menjaga persatuan, kesatuan dan keberagaman yang ada. Yugoslavia runtuh menjadi 7 negara. Uni Soviet juga demikian, pecah jadi banyak negara. Ini peringatan buat kita sebagai bangsa,” papar Jenderal Tito.
Karena itu, lanjut Kapolri, tanpa adanya kesadaran akan pentingnya menjaga keutuhan dan persatuan, sulit rasanya mempertahankan NKRI. Bersyukur, kata Kapolri, kita sebagai bangsa masih mampu bertahan hingga di usianya ke 72 tahun.
“Meski dari sisi usia itu, Muhammadiyah jauh lebih tua berdiri, namun menjadi kewajiban kita semua untuk merawat dan mempertahankan NKRI dari ancaman apapun dan dari manapun datangnya ancaman tersebut,” jelas Tito.
Ia menyebutkan, salah satu tantangan nyata yang dihadapi bangsa ini adalah muncul dan berkembangnya primordialisme, baik yang berlatar agama maupun kesukuan.
“Demokrasi yang berkembang saat ini diakui telah banyak memberi manfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun demikian tak terhindarkan dampak negatif dari demokrasi adalah munculnya sikap dan pandangan primordialisme. Ini harus kita waspadai bersama,” ujar Kapolri.
Mantan Kapolda Metro Jaya itu menegaskan, sebagai salah satu pendiri NKRI, Muhammadiyah sangat kuat komitmennya untuk menjaga keutuhan Indonesia dan menjaga NKRI dari ancaman ideologi yang bertentangan dengan Pancasila serta bersama segenap elemen lain merawat kebhinnekaan yang ada.
“Itu sebabnya saya berpandangan, Muhammadiyah punya tanggung jawab moral mempertahankan bangsa Indonesia. Tema Milad kali ini juga sangat tegas merefleksikan sikap Muhammadiyah untuk bersama menjaga dan membangun Indonesia,” demikian Tito.
Kapolri berharap Muhammadiyah terus menjadi pelopor dari gerakan kemajuan bangsa dan dakwah dalam berbagai bidang. Apalagi, kata dia, dakwah Muhammadiyah terbukti sangat maju, khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial.
Mengakhiri sambutannya, Jenderal Tito kembali mengingatkan pentingnya menjaga kebhinnekaan. Menurutnya, kehancuran suatu bangsa datang dari dalam negeri bangsa tersebut. Karena itu, lanjut mantan Asrena Polri tersebut, Indonesia harus solid sehingga tidak mudah diadu-domba maupun diganggu negara lain. Dan dengan soliditas, Indonesia akan mampu berkompetisi dengan bangsa lain.
Kapolri pun menutup “tausiyah” kebangsaannya dengan salam khas Muhammadiyah “Fastabiqul Khoirot” (berlomba dalam kebaikan) yang disambut aplaus meriah pimpinan dan warga Muhammadiyah. “Selamat Milad, jayalah Muhammadiyah, jayalah Indonesia,” pungkas Kapolri.
Selain Kapolri, panitia juga mendaulat Mendagri Tjahyo Kumolo memberikan sambutan mewakili Pemerintah Pusat. Mendagri menyampaikan selamat Milad dan berharap banyak kepada Muhammadiyah untuk terus mengabdi dan memberikan sumbangsih terbaiknya bagi bangsa dan negara.
Dalam kesempatan Milad itu juga diberikan Muhammadiyah Award kepada tiga tokoh yang dinilai berjasa besar bagi dakwah dan perkembangan Muhammadiyah, yakni Sri Sultan HB X, peneliti dan antropolog asal Jepang Prof Mitsuo Nakamura, dan tokoh NU Jawa Tengah pendiri RS Muhammadiyah Roemani, KH Ahmad Roemani.
(Hery)