DMI.OR.ID, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) terus berupaya menyamakan cara pandang dan kriteria kalender hijriyah yang digunakan oleh ummat Islam Indonesia. Misalnya, kriteria hilal (bulan baru) yang digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal (Idul Fitri), dan Zulhijjah (Idul Adha).
Menteri Agama (Menag), Drs.H. Lukman Hakim Saifuddin, menyatakan hal itu dalam konferensi press usai Sidang Itsbat (Penentuan) di Gedung Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta, pada Selasa (16/6) malam.
“Saya amat sangat bersyukurkita semua, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI)memiliki semangat yang sama untuk menyatukan kalender Hijriah bagi ummat Islam Indonesia. Apalagi, kita akan bersama-sama memasuki bulan Ramadhan 1436 Hijriah pada Kamis (18/6) lusa,” tutur Menag Lukman pada Selasa (16/6) malam.
Dalam konferensi press itu, hadir beberapa tokoh seperti Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan MUI Pusat, Prof. Dr. H. Din Syamsudin, MA, yang juga Ketum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, serta Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, Drs. KH. Ma’ruf Amin, yang juga Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Hadir pula Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag RI, Prof. Dr. H. Muhammad Machasin, MA, yang juga Rais Syuriah PBNU, serta Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimas Islam Kemenag RI, Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag.
Menurutnya, bangsa Indonesia memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri setiap memasuki bulan Ramadhan, yakni tradisi dan budaya yang lebib besar gemanya daripada aspek ibadah atau syari’atnya, seperti tradisi mudik jelang Idul Fitri dan Idul Adha nanti.
“Istilah saya, festival Ramadhan-nya jauh lebih besar daripada aspek ibadah dan syari’atnya di Indonesia, seperti tradisi kuliner dan budaya mudik. Hal ini khas milikbangsa Indonesia,” paparnya.
Menag Lukman pun merasa Bulan Ramadhan ini merupakan berkah dan karunia dari Allah SWT karena tidak ada perbedaan diantara ormas-ormas Islam dan peserta Sidang Itsbat.
“Namun, hendaknya ummat Islam tidak semata-mata mengandalkan fenomena alam untuk menentukan awal Ramadhan ini, tetapi harus terus beikhtiar menyatukan kalender hijriah tanpa perlu paksaan dari pemerintah,” harap Lukman.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani