Khutbah Idul Adha 1440 Hijriah: Lima Pelajaran Dari Nabi Ibrahim dan Ibadah Haji

Khutbah Idul Adha 10 Dzukhijjah 1440 hijriah: Lima Pelajaran Dari Nabi Ibrahim AS dan Ibadah Haji

الله أكبر 9x

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT), hari ini mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk menikmati ibadah shalat idul adha, insya Allah kita lanjutkan setelah ini dengan penyembelihan hewan qurban. Saat ini, kaum muslimin dari berbagai belahan dunia sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di tanah suci. Apa yang kita lakukan merupakan upaya untuk menguatkan rasa dekat kepada Allah SWT, rasa dekat yang membuat kita tidak mau menyimpang dari segala ketentuan-Nya, meskipun peluangnya ada.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam (SAW), beliau telah meneladani Nabi Ibrahim Alaihis Salam (AS) dan Ismail AS, hal ini karena pada sosok Nabi Ibrahim as dan orang yang bersama beliau terdapat teladan yang luar biasa untuk kita sepanjang zaman.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Id Yang Dimuliakan Allah.

Ibadah haji sedang dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh dunia, tiga juta lebih orang yang melaksanakannya. Karenanya ada hikmah buat kita, tidak hanya ibadah haji, tapi juga dari sosok Nabi Ibrahim as yang juga harus diteladani oleh Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; (QS Al Mumtahanah [60]:4).

Pada kesempatan yang singkat ini, setidaknya kita ambil lima hikmah dan pelajaran dari ibadah haji dan sosok Nabi Ibrahim as. Pertama, bersatu untuk beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Umat Islam dari berbagai penjuru dunia meskipun beda bahasa dan warna kulit, beda pula kebiasaan hidup di negara dan daerahnya masing-masing, ternyata bisa bisa bersatu di Tanah Suci. Tapi, bersatunya bukan sekadar kumpul di satu tempat, tapi bersatu dan kumpul untuk beribadah kepada Allah SWT. Karena itu, kitapun harus bersatu, persatuan kita adalah untuk mentaati Allah SWT, berkumpulnya kita untuk menjalin kerjasama dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan untuk dosa dan permusuhan.

Sejarah mencatat, orang Yahudi dan orang musyrik Makkah juga bersatu di Madinah, tapi mereka bersatu untuk memerangi kaum muslimin, bahkan orang Yahudi justeru mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah SAW dan kaum muslimin. Mereka bersatu untuk memerangi kaum muslimin, sehingga perang yang dinamai dengan perang Khandak, tapi disebut juga dengan perang Ahzab yang artinya sekutu, karena orang Yahudi dan Musyrik bersekutu untuk memerangi umat Islam, meskipun harus mengkhianati perjanjian.

Oleh karena itu, bingkai persatuan umat Islam bukan untuk kepentingan duniawi yang sesaat, tapi bersatu dalam ikatan ajaran dari Allah SWT dan Rasulullah SAW, dalam konteks ini kita dilarang untuk bercerai berai. Allah SWT berfirman:

 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; (QS Ali Imran [3]:103).

Pelajaran Kedua dari haji dan sosok Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah bergerak untuk kebaikan. Nabi Ibrahim sudah mencontohkan bahwa beliau bergerak dalam dakwah dan menggugah berpikir orang dengan menghancurkan berhala, beliau juga bergerak ke Makkah untuk menempatkan isteri dan anaknya disana atas perintah Allah SWT, meskipun sebenarnya sangat berat. Isterinya juga bergerak untuk usaha mencari nafkah yang dalam haji dilambangkan dengan sai. Para jamaah haji juga bergerak, bergerak untuk kumpul dan bergerak untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji hingga kembali lagi ke tanah air masing-masing.

Karena itu, sesudah melaksanakan ibadah haji, para haji mestinya menjadi tokoh-tokoh pergerakan, tokoh pelopor dalam kebaikan dan persatuan, bukan pelopor dalam kemaksiatan dan perpecahan. Semua kita jangan diam, tapi harus bergerak. Bergerak dalam dakwah, bergerak untuk shalat berjamaah di masjid, bergerak untuk belajar dan mengajar ilmu, bergerak untuk mencari rizki yang halal dan bergerak untuk memperbaiki keadaan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Ketiga, yang merupakan pelajaran dari Nabi Ibrahim AS dan Ibadah haji adalah berkorban untuk sesuatu yang baik, benar dan bermanfaat. Banyak orang berkorban dengan harta dan jiwa tapi untuk keburukan, kemaksiatan hingga permusuhan. Pengorbanan mereka menjadi sesalan yang amat dalam di dunia ini, apalagi di akhirat nanti.

Karena itu, dalam konteks kehidupan kita, pengorbanan menjadi kebutuhan karena rasa syukur tidak hanya dikatakan, tapi dibuktikan, salah satunya dengan pengorbanan, hal ini dinyatakan oleh Allah SWT:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS Al Kautsar [108]:1-3).

Keempat, pelajaran dari Nabi Ibrahim AS adalah membuat sejarah hidup yang baik. Kehidupan kita pasti berakhir dengan kematian. Orang yang sudah mati, jangan kita ceritakan keburukannya, tapi ceritakan kebaikan–kebaikannya. Karena itu, perjalanan hidup kita berarti mengukir sejarah kita sendiri. Kalau kita sudah mati, apa yang orang ceritakan tentang kita?. Karena itu, Nabi Ibrahim as berdoa agar dijadikan sebagai buah tutur kata yang baik. Sejarah jangan dimanipulasi, tidak usah dibuat-buat tapi memang begitulah orang mengakuinya. Nabi beliau adalah:

وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الآخِرِينَ

Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudia (QS Asy Syu’ara [26]:84).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.

Kelima, kebenaran itu dikatakan dan dilaksanakan, agama bukan soal enak dan tidak enak. Sebagai seorang suami, berat bagi Ibrahim menempatkan isterinya Siti Hajar dan anaknya Ismail di Bakkah (Makkah), karena di tempat itu belum ada kehidupan, belum ada orang, tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan air. Tapi, perintah Allah swt yang tidak enak itu tidak boleh disembunyikan, harus dikatakan dan dilaksanakan, meskipun berat, Ibrahim melaksanakannya. Sebagai seorang bapak, berat bagi Ibrahim  melaksanakan perintah Allah swt  menyembelih anaknya Ismail yang baru gede. Tapi, dengan penuh ketundukan, Ibrahim laksanakan dengan baik.

Nabi Muhammad saw juga tidak menyembunyikan ketentuan Allah SWT, disampaikan dan dilaksanakan dengan sepenuh jiwa, meskipun ayat yang turun kepadanya memberikan teguran kepadanya.

Dalam konteks kehidupan kita, baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa, ajaran Islam harus kita terima apa adanya. Bukan yang cocok dan enak kita terima, yang tidak cocok dan tidak enak kita tolak dan abaikan, bahkan kita tentang dan tidak difasilitasi. Bagi kita, Islam merupakan suatu kenikmatan. Ini membuat kita menjadi antusias untuk melaksanakannya, merasakan kenikmatan saat dilaksanakan, bahkan ketagihan sehingga ingin lagi dan ingin terus melaksanakannya hingga kitapun menceritakan atau mendakwahkan Islam yang nikmat itu. Semoga semakin meningkat ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

 اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا

Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.

Penulis: Ustaz Drs. H, Ahmad Yani

Ketua Departemen Dakwah, Ukhuwwah dan Sumber Daya Keumatan PP DMI

Bagikan ke :