DMI.OR.ID, JAKARTA – Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan pada Selasa (10/11) malam, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Tahun 2015 di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta. Kegiatan ini mengambil tema Konsolidasi Organisasi untuk Meningkatkan Peran MUI dalam Melayani dan Melindungi Ummat.
Dalam kegiatan ini, Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, Dr. (H.C.) Drs. KH. Ma’ruf Amin, menyampaikan sambutannya dan membahas tentang makna peringatan hari pahlawan bagi MUI.
“Kegiatan Rakernas I MUI ini sengaja dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan untuk membangkitkan kembali semangat ruhul jihad (semangat jihad) para ulama,” tutur Kiai Ma’ruf pada Selasa (10/11) malam.
Kalau dahulu para pahlawan berjihad mempertahankan kemerdekaan bangsa dan memerangi penjajah asing, ungkapnya, maka u’lama saat ini berjuang mewujudkan ishlah (kebaikan), berjihad untuk himayah wa ishlahi ummah (melindungi dan memperbaiki ummat). “Ulama adlah pahlawan tanpa tanda jasa,” tegasnya.
Menurutnya, saat ini MUI semakin mendapatkan kepercayaan masyarakat Indonesia. Bahkan ada warga yang ketika Surat Izin Mengemudi miliknya ditahan justru lapor ke MUI setempat, bukan ke pihak kepolisian.
“Kondisi ini tentu harus melecut semangat para pengurus MUI. Saat ini, kita harus berkhidmat (berjuang) lebih keras dan efisien lagi, agar MUI semakin mantap dalam menegakkan keluhuran Islam, demi tegaknya izzul Islam wal Muslimin (kejayaan Islam dan ummat Islam),” paparnya.
Sebagai forum tertinggi kedua di MUI, Kiai Ma’ruf pun berharap Rakernas I MUI ini dapat memerkuat konsolidasi organisasi dan menghasilkan rumusan-rumusan strategis agar cita-cita luhur MUI terwujud.
“Sejak awal tahun 1980-an, MUI telah berupaya memperjuangkan pemberlakuan ekonomi syari’ah secara bertahap. Meskipun di akhir tahun 90-an sistem ekonomi syari’ah masih dipandang sebelah mata, namun saat ini berlaku dual economic system. Sistem ekonomi syariah, biidznillah (dengan izin Allah), telah berperan penting dalam pemberdayaan ekonomi ummat,” jelasnya.
Hal ini, lanjutnya, ditandai dengan semakin menjamurnya berbagai bank, asuransi, pegadaian, pasar modal (surat berharga) syariah. Bahkan muncul pula obyek wisata, hotel, dan spa (solus per aqua) syari’ah.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani