Salah satu faktor penting dalam upaya memakmurkan masjid adalah adanya dukungan yang besar dari pengurus dan jamaah masjid. Karena itu, harus terjalin kerjasama yang baik antara pengurus dengan jamaah masjid.
Masjid tidak akan makmur apabila pengurusnya tidak aktif, tapi meskipun pengurusnya aktif tetap saja masjid tidak bisa makmur bila tidak ada dukungan penuh dari jamaah. Disinilah letak pentingnya komunikasi kemasjidan, yakni komunikasi yang mengena diantara para pemakmur masjid baik pengurus maupun jamaah agar terjadi hubungan yang harmonis diantara sesamanya.
Ketidakaktifan anggota pengurus atau jamaah, salah paham tentang sesuatu hingga terjadinya konflik antar sesama pengurus atau pengurus dengan pengurus atau pengurus dengan jamaah, salah satu faktor utamanya adalah karena komunikasi yang tidak baik.
Komunikasi Antar Pengurus
Pengurus masjid tentu saja memiliki pendapat, gagasan, ide-ide, harapan dan keinginan bagi pencapaian masjid yang makmur. Hal itu harus dikomunikasikan dengan baik diantara sesama pengurus agar terbentuk persepsi yang sama tentang bagaimana masjid yang makmur dan bagaimana mencapai pemakmurannya.
Forum yang paling tepat untuk menyamakan persepsi dan strategi percapaian pemakmuan masjid adalah rapat pengurus masjid. Karena itu, pengurus masjid perlu menyepakati berapa lama frekuensi penyelenggaraan rapat agar masing-masing pengurus dapat menyiapkan waktu dan pemikiran.
Oleh karena itu, rapat pengurus masjid merupakan sesuatu yang sangat penting bagi upaya membangun mekanisme kerja kepengurusan yang baik. Rapat pengurus masjid berfungsi untuk pertama, merencanakan suatu program pengembangan kegiatan masjid, baik kegiatan yang bersifat rutin maupun insidental, yang berjangka pendek, menengah maupun berjangka panjang.
Kedua, membagi tugas dan wewenang diantara sesama pengurus sehingga tugas-tugas dan wewenang masing-masing pengurus menjadi jelas, ini dapat menghindari kebingungan pengurus masjid dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Ketiga, melaporkan pelaksanaan program dari pelaksana dan penanggung jawabnya lalu melakukan evaluasi pelaksanaan program untuk selanjutnya bila ditemukan ada yang kurang baik diperbaiki, sedang bila sudah baik minimal dipertahankan kebaikannya, lebih bagus lagi apabila bisa ditingkatkan pada masa-masa mendatang.
Keempat, menjembatani perbedaan-perbedaan pendapat diantara sesama pengurus sehingga bisa dihindari kesenjangan dalam berpendapat yang seringkali bisa menimbulkan konflik diantara sesama pengurus.
Manakala rapat pengurus masjid bisa terlaksana secara rutin, banyak hal yang bisa dibicarakan, banyak masalah yang bisa diatasi dan perkembangan pemakmuran masjid bisa dievaluasi sehingga banyak sisi dari upaya pemakmuran masjid yang bisa ditingkatkan
Pendekatan Dengan Jamaah.
Ketika pengurus masjid sudah memiliki kesepakatan, visi dan persepsi yang sama tentang bagaimana masjid yang makmur dan bagaimana memakmurkannya, maka memperoleh dukungan dari jamaah masjid merupakan sesuatu yang sangat penting.
Oleh karena itu, pengurus masjid harus melakukan pendekatan kepada jamaah, baik dengan pendekatan yang bersifat pribadi maupun pendekatan kolektif. Pengurus perlu memberikan penjelasan tentang bagaimana masjid akan dikembangkan hingga mencapai pemakmuran yang optimal dan dirasakan manfaatnya oleh jamaah.
Dalam rangka membangun persepsi yang utuh tentang masjid yang ideal, pengurus masjid juga perlu mengadakan ceramah-ceramah atau khutbah yang membahas tentang tanggung jawab memakmurkan masjid dan bagaimana memakmurkannya atau bisa juga dengan menyelenggarakan seminar tentang manajemen masjid.
Disamping itu, mendapatkan masukan dari jamaah masjid tentang bagaimana seharusnya masjid dikembangkan merupakan sesuatu yang amat penting untuk dilakukan. Dari sini, pengurus masjid bisa mengetahui atau mendapatkan informasi tentang program apa yang dibutuhkan dan dikehendaki oleh jamaah.
Dengan pendekatan yang dilakukan oleh pengurus masjid terhadap jamaahnya, mudahan-mudahan tidak hanya membuat jamaah masjid menjadi tahu tentang bagaimana masjid akan diarahkan, tapi jamaah juga ada rasa memilikinya terhadap masjid dengan segala program yang dicanangkannya karena jamaah masjid telah mengemukakan harapan dan masukan-masukannya.
Dalam kaitan ini, bagus juga apabila pengurus masjid menyediakan kotak saran guna memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada jamaah untuk memberikan masukan, kritik, saran, evaluasi yang terkait dengan masjid dengan segala kaitannya.
Mengkomunikasikan Program
Ketika pengurus masjid telah merumuskan program dengan baik, maka yang sangat penting untuk dilakukan adalah mengkomunikasikan program itu kepada jamaah masjid, ini berarti pengurus masjid harus mensosialisasikan program-program itu, bukan hanya agar jamaah menjadi tahu, tapi juga diharapkan mereka menyiapkan diri dari segi waktu, tenaga, pikiran, dana dan sarana bagi suksesnya program itu. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan pengurus masjid dalam mengkomunikasikan program.
Pertama, melakukan presentasi atau pemaparan program, baik yang terkait dengan jenis program, tujuan, sasaran, metode yang dipakai, sumber daya manusia yang diperlukan, dana yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan hingga sarana yang akan digunakan.
Kedua, selalu menginformasikan kegiatan yang segera akan dilaksanakan sehingga jamaah menjadi tahu dan ingat tentang waktu pelaksanaan program, baik melalui undangan tertulis, pamplet, informasi melalui pengeras suara masjid, pengumuman pada papan pengumuman, pengumumam pada saat hari pelaksanaan shalat Jum’at, bahkan melalui telpon atau email.
Komunikasi Antar Jama’ah
Kekompakan antar jamaah masjid sangat diperlukan dalam upaya memakmurkan masjid. Karena itu sangat penting dijalin dengan sebaik-baiknya komunikasi antar jamaah masjid. Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain:
Pertama, saling kenal mengenal antar jamaah, baik mengenal nama, wajah, asal daerah, latar belakang pendidikan, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya sehingga dengan saling kenal mengenal akan terbuka pintu komunikasi antar sesama jamaah, bahkan kita sering mendengar ungkapan tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.
Kedua, melakukan dialog tentang berbagai masalah baik secara non formal melalui obrolan yang bermanfaat disela-sela waktu kegiatan di masjid, misalnya obrolan di serambi masjid sehabis shalat, obrolan di perjalanan pulang dari masjid, dll, juga dialog yang bersifat formal seperti diskusi dan sebagainya.
Ketiga, saling berkunjung ke rumah, ini merupakan upaya mempererat silaturrahim di kalangan sesama jamaah. Dalam kaitan saling berkunjung ini juga sangat penting untuk memenuhi undangan dari jamaah yang mengundang untuk suatu hajat atau berkunjung pada saat seorang jamaah mengalami musibah dan penderitaan seperti kematian, sakit, dll. Hal yang juga sangat baik dalam hubungan ini adalah saling memberi hadiah, karena dengan hadiah hubungan seseorang dengan orang lain akan semakin akrab.
Keempat, membantu memecahkan persoalan yang dihadapi jamaah dan mengatasi kesulitan yang dialaminya. Karenanya bila seorang jamaah masjid mengalami suatu kesulitan, jamaah lain cepat tanggap untuk segera bisa membantu dan mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, bila hal ini dilakukan, maka seseorang akan merasakan kebahagiaannya sebagai anggota jamaah masjid yang aktif.
Kelima, menyelenggarakan kegiatan dari rumah ke rumah antar jamaah, meskipun frekuensinya tidak terlalu sering, misalnya sebulan sekali. Hal ini merupakan sesuatu yang penting, karena dengan acara dari rumah ke rumah, seorang jamaah merasa senang dengan dikunjungi rumahnya oleh orang yang baik-baik dan ini akan membawa keberkahan tersendiri bagi keluarga dan rumahnya, bahkan hal ini bisa jadi bisa merangsang anggota keluarga yang belum rajin atau belum aktif mengikuti kegiatan kemasjidan untuk bisa mengikutinya pada masa-masa mendatang.
Komunikasi Antar Masjid
Ketika kita menghendaki masjid di lingkungan kita mencapai pemakmuran yang ideal, banyak sisi yang harus diwujudkan, salah satunya adalah perlunya jalinan kerjasama antar masjid. Karena itu, komunikasi antar masjid menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Masjid idealnya tidak berjalan sendiri-sendiri antar yang satu dengan yang lain sebagaimana yang selama ini terjadi. Terjalinnya komunikasi yang baik antar masjid paling bisa berperan dalam tiga fungsi.
Pertama, menjadi media pertukaran informasi, baik untuk kepentingan masjid itu sendiri maupun jamaahnya, misalnya saja ketika di suatu lembaga da’wah diselenggarakan kursus khatib dan muballigh, pengurus yang sudah mengetahui adanya program ini bisa menginformasikan kepada masjid yang lain.
Begitu juga dengan adanya peluang atau lowongan kerja di suatu instansi, bila pengurus atau jamaah masjid mengetahuinya, ia tidak hanya menginformasikan hal itu kepada jamaah masjidnya, tapi juga kepada jamaah masjid lain, apalagi bila potensi jamaah masjidnya tidak ada yang memenuhi syarat, mungkin di masjid lain ada jamaah yang belum bekerja tapi memenuhi syarat untuk bisa masuk.
Kedua, melalui komunikasi antar masjid, bisa dijalin kerjasama pelaksaan program yang belum tentu bisa dilaksanakan bila hanya mengandalkan dari satu jamaah masjid, misalnya ketika masjid ingin menyelenggarakan pelatihan khatib atau pelatihan mengurus jenazah, bisa jadi pesertanya sangat sedikit bila hanya dari satu masjid dan jamaah masjid lain bisa diundang untuk ikut serta dalam program kegiatan ini.
Bahkan tidak sedikit jamaah suatu masjid yang secara ekonomi tidak miskin lagi sedangkan zakat, infaq dan sedekah yang diterima dari jumlah jumlahnya besar, karenanya penyaluran dana itu bisa bekerjasama dengan masjid yang mustahiknya banyak, sedangkan dana zakat, infaq dan sedekah yang mereka terima sedikit.
Ketiga, komunikasi antar masjid juga bisa menjadi peluang untuk melakukan studi banding sehingga apa yang menjadi kelebihan dari suatu masjid bisa dipelajari untuk diterapkan pada masjid yang memiliki kelemahan. Masing-masing masjid punya kelebihan tapi juga kelemahan. Kelebihan atau keunggulan perlu dikembangkan di masjid lain, sedang kekurangan harus diatasi dan bisa belajar kepada masjid yang sudah berhasil mengatasi persoalan yang sama.
Demikian secara umum beberapa aspek komunikasi kemasjidan yang perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan daya dukung pemakmuran masjid. Pengurus masjid tentu saja dituntut bisa berperan besar dalam mengembangkan komunikasi kemasjidan yang efektif.
Penulis:
Sekretaris Departemen Dakwah dan Pengkajian Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Drs. H. Ahmad Yani.
HP/Whatsapp: 08129021953. PIN BB: 7CD9C56A
Fb: Ust Ahmad Yani Dua. Twitter: @H_AhmadYani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
Web: www.http://ahmadyani.masjid.asia & www.http://nuansaislam.com