DMI.OR.ID, YOGYAKARTA – Masjid Jogokariyan yang berlokasi di Jalan Jogokariyan No.36, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merupakan salah satu masjid yang memiliki pengelolaan manajemen dan kemakmuran masjid dengan kualitas sangat baik di Indonesia.
Padahal, arsitektur masjid ini cukup sederhana, tidak se ‘wah’ penampilan masjid-masjid raya (jami’) di kota-kota besar, juga tidak seperti masjid dengan ornamen-ornamen memikat layaknya di kota-kota besar, apalagi seperti masjid megah berlapis emas dengan arsitektur memukau, apalagi seperti masjid dengan ornamen-ornamen memikat.
Nama masjid ini tidak terdengar Islami, tetapi sekedar menggunakan nama daerah. Namun pengurus Masjid Jogokariyan yakin penamaan masjid dengan nama daerah justru sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Masjid Jogokariyan hanya masjid kampung yang sederhana dengan tinggi bangunan dua lantai.
Seperti dikutip dari laman http://bimasislam.kemenag.go.id/, masjid Jogokariyan sangat layak dijadikan sebagai tempat studi banding bagi pengurus masjid-masjid lainnya dalam hal manajemen pengelolaan dan kemakmuran masjid. Bayangkan saja, jama’ah sholat Shubuh di masjid ini mencapai separuh dari jumlah jama’ah sholat jum’at. Situasinya ramai dan makmur sekali.
Ketika masih banyak masjid yang sangat bergantung dengan sumbangan warga di sekitarnya, kondisi Masjid Jogokariyan justru sebaliknya. Masjid ini tidak bergantung kepada infaq dan shodaqah masyarakat. Bahkan dengan manajemen profesional, keberadaan Masjid jogokariyan justru membantu kehidupan ekonomi warga di sekitarnya.
Masjid Jogokariyan mampu mewujudkan ekonomi berbasis Masjid sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Prinsipnya, Jika pasar mengalahkan Masjid, maka Masjid akan mati. Jika Masjid mengalahkan pasar, maka pasar akan hidup”. Manajemen keuangan Masjid dengan jarak sekitar 30 menit dari kampus Universitas Gajah Mada (UGM) ke arah Parantritis ini memang cukup unik.
Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jogokariyan juga selalu berupaya agar saldo infaq hanya sebesar nol rupiah (Rp 0) sewaktu pengumuman saldo infaq setiap Jum’at. Padahal, masjid-masjid lainnya berupaya mengumumkan saldo infaq bernilai jutaan rupiah.
Alasan pengurus DKM cukup sederhana. Pasalnya, saldo yang sangat besar akan menyakiti hati warga yang sedang sakit, namun tidak bisa ke rumah sakit karena tidak punya biaya, atau ada warga miskin yang tidak bisa bersekolah, dan sebagainya.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani