DMI.OR.ID, JAKARTA – Makna mahabbah atau cinta kepada Allah Subhanahu Wata’ala (SWT) ialah ketika seorang hamba merasa senang dan bahagia saat beribadah kepada Allah SWT. Mencintai itu artinya bagaimana kita merasa senang ketika memberikan sesuatu, istilahnya pleasure in giving.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Drs. H. Rudiantara, M.B.A., menyatakan hal itu dalam sambutannya di acara Konvensi Pencinta Allah (KPA) 2015, dengan tema Heaven and Earth pada Sabtu (14/11) pagi di Ruang Nusa Indah (Amphi Theatre), Balai Kartini, Jakarta.
“Saya belajar dari guru saya bahwa mahabbah, cinta itu adalah pleasure in giving, apakah benar saat sholat atau ibadah lainya itu kita merasa senang dan bahagia? Ketika kita belum merasa senang saat beribadah, berarti belum benar-benar mencintai Allah SWT. Ini refleksi saya,” tutur Rudiantara pada Sabtu (14/11).
Menurut Menkominfo yang juga Ketua Departemen Komunikasi, Informasi (Kominfo), Hubungan Antar Lembaga (Hubla) dan Luar Negeri (Hublu) Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu, kita (ummat Islam) harus mempunyai pemikiran seperti anak kecil yang sedang bermain, memberikan sesuatu tetapi mereka merasa senang.
“Jadi, kita tidak hanya sekedar menjalankan ibadah sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya, tetapi juga merasa senang dan gembira saat menjalankan ibadah itu, istiahnya pleasure in giving. Menurut saya, itulah makna cinta kepada Allah SWT,” ungkapnya.
Dalam acara yang berlangsung sehari penuh ini (full day), ISN turut menghadirkan sejumlah muballigh (penceramah) seperti Ustadz H. Arifin Djayadiningrat, Ustadz H. Abdul Syukur, dan Syeikh H. Fikri Thoriq, Kang H. Rashied, Ustadz H. Abi Makki. Hadir pula Ustadzah Hj. Halimah Alaydrus untuk mengisi sesi khusus perempuan (special woman session) selama sekitar dua jam usai .
Secara mengejutkan, Ustadz Yusuf Mansyur pun hadir secara tidak langsung melalui siaran jarak jauh dengan menggunakan loud speaker voice (pengeras suara jarak jauh) yang terdapat dalam smartphone.
Hadir pula seorang u’lama dari Mesir yang sudah cukup lama bermukim dan menjadi muballigh di Indonesia, Syeikh Hisyam, Beliau menyampaikan taushiyah dengan bahasa Arab dan diterjemahkan langsung dengan Bahasa Indonesia oleh Ustadz H. Abdul Syukur. Hadir pula pasangan pendiri komunitas Indonesia Syiar Network (ISN), H. Mirza Muhammad dan Hj. Ria Renny Christiana.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani