NEWSCOM.ID, JAKARTA – Umat Islam adalah satu dan sudah seharusnya mempersatukan umat manusia. Penderitaan dan penindasan yang dialami oleh minoritas Muslim dimana pun mereka berada, termasuk etnik Uyghur atau Xinjiang, sejatinya merupakan serangan terhadap keberadaan dan keberlangsungan Diinul (Agama) Islam yang Mulia.
Berdsarkan pantauan NEWSCOM.ID, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Ahmad Arafat Aminullah, S.T., menyatakan hal itu pada Sabtu (19/12/20) malam secara daring.
Tepatnya saat menjadi narasumber dalam Seminar Daring Internasional bertema: “Meneropong Sejarah Krisis Kemanusiaan Terhadap Minoritas Muslim: Telaah Awal Kasus Uyghur”.
Seminar daring internasional ini diselenggarakan pada Sabtu (19/12/20) oleh PRIMA DMI bekerja sama dengan Komunitas Go Hijrah, Yayasan Pamong Asthabrata (Pamasta), dan Uyghur Human Rights Project (UHRP). Melalui aplikasi Zoom, seminar daring ini berdurasi sekitar 120 menit atau dua jam, dari pukul 20.00 – 22.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).
“Sejenak, mari kita mengimani kembali bahwa smeua Muslim itu bersaudara. Siapa saja yang mengaku beriman, tetapi tidak memikirkan kondisi dan keadaan kaum Muslimin yang sedang tertindas di dunia, maka mereka bukanlah bagian dari umat Islam,” tegas Ahmad Arafat.
Ahmad Arafat Aminullah pun berharap agar umat Islam di Indonesia, khususnya kader-kader PRIMA DMI, memiliki rasa simpati dan empati terhapap saudara-saudara seiman dan seagama yang sedang mempertahankan kehidupan dan kehormatan agamanya di belahan dunia lain.
“Kita harus peduli terhadap saudara dan saudari kita di belahan dunia lain. Mereka sedang berjuang detik demi detik untuk mempertahankan kehidupan dan kehormatan agama Islam,” ujar Ahmad Arafat.
Sarjana Teknik di bidang aviasi itu pun menyesalkan jika ada umat Islam yang tidak memiliki rasa peduli terhadap penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara seagamanya di belahan dunia lain.
“Mengapakah kita tidak sejumput rasa pun merasa bergidik dan ikut tersentak peduli pada penindasan dan penderitaan serta luka yang mereka telah alami?” ungkap Ahmad Arafat.
Seminar Daring ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Sekretaris Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Hubungan Luar Negeri PP DMI, Duta Besar (Dubes) Drs. H. Bunyan Saptomo, M.A. Saat ini, beliau juga mengemban amanat selaku Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional – Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Narasumber lainnya ialah Direktur Eksekutif UHRP, Mr. Omer Kanat, B.A., yang juga The Chairman (Ketua) dari Komite Eksekutif World Uyghur Congress (Kongres Uyghur Dunia).
Turut menjadi narasumber seorang aktivis Muslim asal Medan, Ustadz Ahmad Syauqi, Lc. M.Irkh., yang juga pengurus Pimpinan Pusat (PP) PRIMA DMI sekaligus menjadi pembina Go Hijrah.
Seorang narasumber lagi dalam Seminar Daring ini ialah Nursiman Abdureshid, M.B.A., seorang Muslimah asal Uyghur yang kini tinggal di Istanbul, Republik Turki, dan telah menyelesaikan pendidikannya pada program magister dalam bidang Administrasi Bisnis.
Sebagai seorang Diaspora Uyghur, Nursiman Abdureshid menjadi aktivis dan giat berkampanye tentang kebebasan etnik Uyghur dalam menjalankan agama dan keimanannya.
Adapun moderator dalam acara ini ialah Wia Ulfa, S.I.P., dari Yayasan Pamong Asthabrata (Pamasta). Sedangkan pembawa acara yakni Barakha Afriansyah Iwana, S.STP, juga dari Pamasta. Keduanya sama-sama alumni dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Dalam Seminar Daring ini, pembacaan doa dipandu oleh Muhammad Hasanurrizqi, S.STP., yang juga Ketua Pimpinan Daerah (PD) PRIMA DMI Kabupaten Paser. Bersama-sama dengan Barakha Afriansyah, Hasanurrizqi juga bekerja di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia (RI). Kedua aktivis Muslim ini pun aktif di Pamasta.
Seminar Daring ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta melalui aplikasi Zoom. Setiap peserta yang mendaftar secara resmi melalui link yang diberikan oleh panitia juga mendapatkan sertifikan elektronik (e-certificate). Selain itu, narahubung dalam seminar daring ini ialah Ketua Departemen Seni dan Budaya PP PRIMA DMI, Hotmartua Simanjuntak.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani