DMI.OR.ID, SURABAYA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak segala bentuk ekstrimitas dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Watak Islam sejati bersifat wasathiyyah (moderat) dan menolak segala bentuk ekstrimitas. MUI akan mengajukan konsep dan wawasan wasathiyyah ini kepada pemerintah RI dan dunia internasional.
Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, Prof. Dr. H. Muhammad Siradjuddin Syamsudin, MA., menyatakan hal itu pada Selasa (25/8) pagi, saat memberikan sambutan dalam pembukaan Musyawarah Nasional IX MUI di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur.
“Islam Wasathiyyah yang menolak segala bentuk ekstrimitas sangat strategis untuk menghadapi global damage (kehancuran global) seperti kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Saat ini, dunia sedang bangkit untuk mencari solusinya,” tutur mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu pada Selasa (25/8) pagi.
Menurutnya, dengan pemahaman Islam Wasathiyyah, Indonesia dapat mewujudkan negara bangsa (nation state) yang berkeadilan dan berkeadaban. Pemahaman wasathiyyah dapat mewadahi berbagai macam pandangan, watak, pemikiran, dan wawasan yang berkembang dan hidup di Indonesia.
“Saat ini, pembicaraan dunia sedang menekankan ummat manusia menuju ke jalan tengah, the middle way, the middle path. Ajaran Islam adalah diinul rahmah wal salamah, diinul hadaroh, ummatan wasatho. Islam itu sangat menekankan keseimbangan, the unity of creation, existence and knowledge,” jelasnya.
Bahkan, lanjutnya, pada Agustus 2015 ini terdapat empat tema besar yang diselenggarakan di Indonesia, yakni Islam Nusantara yang diusung Nahdlatul Ulama (NU), Islam Berkemajuan yang diusung muhammadiyah dan Islam Wasathiyyah yang diusung MUI, serta muktamar Mathlaul Anwar.
“Pak Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak perlu bingung dengan istilah-istilah itu, karena seungguhnya hanya visi dari masing-masing organisasi di Indonesia,” ucapnya.
Bahkan Presiden Jokowi, lanjutnya, menyempatkan hadir di empat muktamar ormas Islam dalam bulan Agustus ini, mulai dari muktamar NU di Jombang, muktamar Muhammadiyah di Makassar, muktamar Mathlaul Anwar di Serang dan muktamar MUI di Surabaya.
Munas IX MUI ini mengambil tema Islam Wasathiyah Untuk Dunia Yang Berkeadilan dan Berkemajuan serta diselenggarakan di Hotel Garden Palace, Surabaya, sejak Senin (24/8) hingga Kamis (27/8). Kegiatan ini dibuka langsung oleh Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dan rencananya akan ditutup oleh Wakil Presiden RI, DR. H. Muhammad Jusuf Kalla.
Sedangkan kelompok paduan suara dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel telah menyumbangkan sejumlah lagu-lagu Islami dan nasional. Dalam acara pembukaan ini, wakil ketua umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, DR. KH. Ma’ruf Amin, yang juga Rais A’am Syuriah Pengurus Besar NU (PBNU). .
Hadir pula Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, H. Irman Gusman, S.E., MBA., dan Gubernur Provinsi Jatim, Dr. H. Soekarwo. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA, juga hadir bersama-sama Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. H. Haedar Nashir, M.Si, dan Wakil Gubernur Provinsi Jatim, Drs. H. Saifullah Yusuf.
Hadir juga Duta Besar (Dubes) Kerajaan Saudi Arabia untuk RI, H.E. Mustafa Ibrahim Al Mubarak, Menteri Agama RI, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Sekretaris Kabinet, Dr. Ir. H. Pramono Anung Wibowo, M.M. Adapun Dewan Masjid Indonesia (DMI) diwakili oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pimpinan Pusat (PP) DMI, Drs. H. Imam Addaruqutni, MA.
Beberapa pengurus MUI yang juga PP DMI, yakni Ketua dan Sekretaris Departemen Sarana, Hukum dan Waqaf PP DMI, Drs. H. Muhamad Natsir Zubaidi dan Dr. H. Nadjamuddin Ramly, MA.
Penulis: Muhamad Ibrahim Hamdani