Perjalanan dakwah saya ke Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat, kali ini agak unik. Dalam perjalanan dengan mobil Innova yang memakan waktu tujuh jam dari Pontianak ini, ternyata ada dua orang penumpang lainnya.
setelah berkenalan dan mengobrol, ternyata yang duduk di depan namanya adalah January, seorang pendeta Protestan sekaligus penyanyi lagu rohani di gereja. Ia datang dari Cibubur dalam rangka mengisi acara Natalan.
Sedangkan orang yang duduk disamping saya bernama Gabriel, seorang Pastor Katolik yang sedang ada acara di Pontianak.
Setelah itu, obrolan dibuka dengan masalah agama, maka terjadilah dialog soal agama masing-masing. Saya memulainya dengan bertanya apa beda agama Katolik dengan Protestan. Rupanya, soal paling pokok adalah protestan tidak terlalu mengagungkan Bunda Maria, sedangkan Katolik mengagungkan Bunda Maria sebagai bagian dari Trinitas.
Saya juga minta dijelaskan tentang konsep Trininitas. Setelah dijelaskan dan menoba memahami, saya nyatakan konsep Trinitas itu sangat sulit dimengerti. Lalu dia bilang, memang susah masuk akal sehingga harus beriman dahulu.
Saya katakan, kalau di dalam agama Islam, untuk memahaminya tidak harus beriman dulu. Bagaimana orang tertarik pada Kristen kalau harus masuk kristen dulu? Lalu saya jelaskan bahwa Islam itu terbuka untuk dipahami dan diyakini, boleh beriman dulu baru paham, atau paham dulu baru beriman.
Memahami sosok Yesus, yang oleh Muslim dikenal sebagai Nabi Isa Alaihis Salam (AS), memang sangat sulit kalau dilihat dari sisi keyakinan Kristen. Saya bilang, Isa itu manusia biasa, sama seperti Nabi Muhammad ShallAllahu Alaihi Wassallam (SAW).
Beliau bisa sedih, gembira, berkeluarga, dan lain-lain. Saya tegaskan kepadanya bahwa agama seharusnya bisa diyakini sekaligus bisa dipahami. Kalau ini kan cuma bisa diyakini, tetapi tidak bisa dipahami.
Sayapun sampai bertanya tentang natal 25 Desember, apa memang Yesus lahirnya tanggal segitu? Ia pun mengakui bahwa itu cuma warisan bule-bule, cuma kesepakata saja. Kalau begitu, ini bisa disebut pembohongan kepada umat dong?. Ia pun diam saja dan tidak menanggapi.
Penulis: Ustaz Drs. H. Ahmad Yani
Sekretaris Departemen Dakwah dan Pengkajiann Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Editor: Muhammad Ibrahim Hamdani