DMI.OR.ID, JAKARTA – Dimulainya program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) di era Presiden Soeharto pada awal 1970-an silam telah menimbulkan berbagai konsekuensi terhadap ummat Islam, termasuk aktivitas ibadah ummat di dalam masjid.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Drs. H. Imam Addaruqutni, MA, menyatakan hal itu saat menjadi narasumber dalam kegiatan Lokakarya Nasional Pengelolaan Waqaf dan Aset-Aset Masjid di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Selasa (26/5) malam.
“Dimulainya Repelita I di era Presiden Soeharto telah menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi lebih fokus pada aspek materialisme, seperti pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan profesionalisme di bidang masing-masing daripada aspek spiritualisme. Tidak terkecuali ummat Islam, khususnya di perkotaan,” tutur Imam
Akibat suksesnya repelita I itu, lanjutnya, masjid-masjid yang sebelumnya ramai dengan berbagai aktivitas ummat Islam dalam berbagai bidang, perlahan-lahan justru menjadi sepi dari aktivitas ummat Islam. Masjid pun menjadi sepi dan hanya ramai saat waktu sholat tiba, bahkan ada yang ramai saat waktu sholat Jum’at saja
“Masjid yang dahulu ramai dan menjadi pusat aktifitas masyarakat di sekitarnya, tidak hanya dalam hal ibadah tetapi juga di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan, perlahan-lahan mulai ditinggalkan ummat Islam,” ungkapnya.
Berangkat dari keprihatinan itu, lanjutnya, sejumlah ulama, cendekiawan, aktivis organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam dan purnawirawan militer berinisiatif untuk membentuk ormas Islam yang berfokus mengurus dan memakmurkan masjid. “Bahkan, usul ini juga disetujui oleh Presiden Soeharto ketika itu” tuturnya.
Akhirnya pada 22 Juni 1972 silam, sekitar 40 tahun yang lampau, paparnya, berdirilah organisasi Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga disetujui langsung oleh Presiden Soeharto. “Dalam kurun waktu 40 tahun ini, DMI telah berperan penting dan ikut mewarnai berdirinya masjid-masjid baru di Indonesia,” jelasnya.
Dalam perjalanan selanjutnya, papar Imam, DMI juga terkait erat dengan pendirian Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YABMP) yang juga langsung didirikan dan direstui oleh Presiden Soeharto. “Saat itu, pendirian masjid oleh YABMP senantiasa melibatkan DMI dalam prosesnya,” ungkap Imam.
Dalam sesi dialog interaktif itu, hadir beberapa narasumber lainnya seperti Ketua Bidang Pemberdayaan Organisasi dan Pengembangan SDM, Drs. H.R. Maulany, SH, dan Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi Umat (PEU) dan IPTEK, Drs. H. Abdilla Fauzi Achmad, MBA, AAIK.
Hadir pula Ketua Bidang Sosial Kemanusiaan dan Kesejahteraan Umat, Drs. H. Andi Mappaganty, MM, dan seorang pembicara lainnya, perwakilan dari PW DMI. Acara ini berlangsung sangat interaktif dan dinamis karena banyaknya PW DMI yang bertanya kepada narasumber. Mereka terdiri dari 250 orang PW DMI se-Indonesia.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani