DMI.OR.ID, JAKARTA – Ummat Islam dan bangsa Indonesia jangan sampai berpecah-belah dan mudah diadu-domba oleh bangsa asing dan pihak-pihak yang menginginkan rusaknya persatuan bangsa ini.
Rektor Universitas Kulliyatul Dakwah, Dr. Syeikh Abdul Nasser Al-Jabri, menyampaikan pesan itu saat berkunjung dan bersilaturahmi dengan jajaran pengurus Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jumat (25/3) siang, di Kantor Sekretariat PP DMI, Jakarta.
Belajar pada sejarah bangsa India dan Pakistan, Syeikh Abdul Nasser mencontohkan perpecahan antara ummat Islam dan Hindu di India yang dilakukan oleh penjajah Inggris. Akibatnya, konflik antara India dan Pakistan terus terjadi hingga kini.
“Dahulu, penjajah Inggris meletakkan bangkai sapi di halaman kuil-kuil Hindu di India, padahal sapi merupakan hewan suci bagi umat Hindu. Sebaliknya, Inggris juga meletakkan bangkai babi di halaman masjid-masjid di India. Padahal, babi haram dimakan oleh ummat Islam,” tutur Syeikh Abdul Nasser yang juga ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Suni) asal Beirut, Lebanon.
Akibat tindakan penjajah Inggris, lanjutnya, ummat Islam menyangka pihak yang meletakkan bangkai babi di depan masjid adalah ummat Hindu. Sebaliknya, ummat Hindu berprasangka pihak yang meletakkan bangkai sapi di depan kuil adalah ummat Islam.
“Tindakan pecah-belah dan adu domba Inggris ini berhasil membuat konflik berlarut-larut antara ummat Islam dan ummat Hindu hingga kini, bahkan konflik terus meluas hingga berdirinya negara Pakistan dan India,” papar Syeikh Abdul Nasser yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pergerakan Bangsa Lebanon ini.
Menurutnya, bangsa Indonesia harus belajar dari pengalaman sejarah ummat Islam dan ummat Hindu di India dan Pakistan yang hingga kini masih terus berkonflik. Sebagai bangsa yang besar dan kuat, Indonesia pun harus mewaspadai upaya adu domba dan pecah belah seperti yang dilakukan penjajah Inggris terhadap ummat Islam dan Hindu di India dan Pakistan.
Bahkan, lanjutnya, sejarah menunjukkan bagaimana upaya penjajah memecah belah wilayah kepulauan Indonesia Raya (Nusantara) menjadi negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, dan Singapura.
“Dahulu, Indonesia (nusantara) juga mencakup wilayah Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei hingga Filipina. Namun, saat ini Kepulauan Nusnatara terbagi-bagi dalam beberapa negara akibat upaya pecah-belah dan adu domba penjajah,” ungkap Pimpinan Majelis Ulama Lebanon ini.
Sebagai bangsa yang besar dan kuat sekaligus sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, ujarnya, bangsa Indonesia harus kompak, bersatu dan mencegah terjadinya disintegrasi bangsa. “Indonesia juga harus memperkuat peran dan posisi strategisnya di Timur Tengah, yang saat ini dirasakan masih lemah,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, dalam pertemuan ini turut hadir Wakil Ketua Umum PP DMI, Drs. KH. Masdar Farid Mas’udi, M.Si., Sekretaris PP DMI, Dr. Ir. H. Ifan Haryanto, M.Sc., Sekretaris PP DMI, Ir. H. Muhammad Suaib Didu, M.M., Sekretaris PP DMI, Dr. H. Munawar Fuad Noeh, M.Sc., dan Bendahara PP DMI, Dra. Hj. Dian Artida.
Hadir pula Sekretaris Departemen Kominfo, Hubla, dan Hublu PP DMI, H. Hery Sucipto, Lc., M.M., dan Anggota Departemen Pengembangan Ekonomi Umat dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Ir. H. Sugiono, S.E.
Turut hadir sejumlah Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) DMI, yakni Ketua Umum, Muhammad Hanif Alusi, S.Hum., dan Ketua Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga, Asyriqin Syarif Wahadi.
Hadir juga Ketua PP PRIMA DMI Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Khaerul Ardian Syeikh, S.H.I., dan Sekretaris Bidang Media Informasi dan Hubungan Masyarakat,Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani