DMI.OR.ID, JAKARTA – Wakil Presiden RI, DR. H. Muhammad Jusuf Kalla, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), telah menerima kunjungan silaturahmi dan audiensi dari pengurus Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) pada Senin (22/1) di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.
Wapres Kalla telah memberikan berbagai masukan sekaligus kritik membangun terhadap perwakilan pengurus AMKI yang turut hadir dalam pertemuan itu. Misalnya terkait persoalan akustik masjid, upaya pro aktif AMKI dalam memakmurkan masyarakat (jama’ah) di sekitar masjid, dan upaya melindungi masjid dari dampak berbahaya paham-paham ekstrim.
Seperti dikutip dari laman https://www.viva.co.id, Wapres Kalla mengkritik buruknya kualitas sound system (akustik) di berbagai masjid kampus di Indonesia. Padahal pengurus masjidnya adalah dosen-dosen kampus sehingga sudah sepatutnya mengetahui standar akustik masjid yang relevan.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum AMKI, Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, M.S.E.E., Ph.D., yang juga Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) saat memberikan keterangan pers di Kantor Wapres pada Senin (22/1), usai pertemuan dengan Wapres Kalla.
“Tadi Pak Ketua DMI (Jusuf Kalla) memberi masukan kepada kami, masjid itu kebanyakan akustik-nya jelek. Beliau juga menuntut AMKI untuk membuat kajian ilmiah tentang standar penggunaan perangkat audio yang baik sehingga dapat diterapkan di seluruh masjid, termasuk di masjid-masjid kampus,” tutur Prof. Hermawan pada Senin (22/1).
Wapres Kalla, lanjutnya, juga berpesan agar para pengurus AMKI yang beranggotakan dosen-dosen kampus untuk senantiasa memperhatikan kualitas sarana ibadah di masjid, termasuk perangkat suara (akustik) yang menjadi medium utama untuk berdakwah.
“Semestinya-kan AMKI yang anggotanya dosen bisa turut membantu mengembangkan standar yang relevan berkaitan dengan masjid kampus,” ujarnya.
Seperti dikutip dari laman https://news.okezone.com, Wapres Kalla juga berpesan kepada pengurus AMKI untuk terus berupaya memakmurkan masjid serta jama’ah dan masyarakat di sekitarnya.
“Beliau titipkan (amanat) pada kami, kalau bisa jangan hanya memakmurkan masjid, tetapi juga memakmurkan masyarakat. Jadi jamaahnya dimakmurkan,” papar Prof. Hermawan.
Selain itu, isu-isu seputar radikalisme di masjid-masjid kampus juga dibahas secara khusus saat bertemu Wapres Kalla. Namun Guru Besar Teknik Fisika ITB itu menolak dengan tegas jika masjid kampus disebut sebagai ladang penyemaian paham radikalisme.
“Kami dengarkan apa-apa saja masukkannya, mulai dari isu radikalisme, kita tidak ingin ada semacam persepsi bahwa masjid kampus (menjadi) tempat berkembangnya radikalisme. Itu persepsi,” jelasnya.
Sebetulnya, lanjut Prof. Hermawan, sebagian besar masjid kampus dikelola oleh para dosen. Dosen itu guru, cita-cita guru itu anak-anak didiknya berhasil di masyarakat. “Jadi selama ini, kita tidak merasa radikalisme tumbuh dari masjid kampus. Kalaupun ada satu dua barangkali, tapi kan nggak bisa digeneralisir,” katanya.
Dalam pertemuan itu, Prof. Hermawan juga memperkenalkan dirinya dan para pengurus AMKI lainnya kepada Wapres Kalla. Apalagi AMKI baru saja selesai menyelengarakan Kongres dan membentuk kepengurusan, sedangkan Wapres Kalla merupakan Ketua Umum PP DMI.
Penulis: Muhmmad Ibrahim Hamdani