DMI.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Prof. Dr. H. Muhammad, M.Ag., meresmikan program “Baiturrahman Eco Mosque, Masjid Berwawasan Lingkungan,” pada Ahad (11/9) pagi di RW 01, Minomartani, Sleman.
Program ini digagas langsung oleh Ketua Lembaga Takmir Masjid (LTM) Baiturrahman, Prof. Dr. H. Ahmad Sudibyakto, M.S.
Dalam sambutannya, Prof. Muhammad menyambut baik dan menyatakan dukungannya terhadap program eko-masjid yang digagas oleh Masjid Baiturrahman ini.
“Saya berharap agar program eco-masjid yang dikembangkan oleh Masjid Baiturrahman di Minomartanii ni berhasil sehingga nanti dapat berimbas kepada masjid-masjid yang lain, khususnya di DIY dan di Indonesia pada umumnya,” tutur Prof. Muhammad pada Ahad (11/9), dalam rilinya kepada DMI.OR.ID.
Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Yogyakarta ini juga menyampaikan perlunya masjid memiliki program-program terkait pengendalian pencemaran suara.
“Hal ini penting agar terdapat kenyamanan jamaah dalam melaksanakan sholat berjamaah, dan pengajian-pengajian di masjid. Masyarakat sekitar juga tidak akan terganggu karena tidak bagusnya suara sound system,” paparnya.
Menurutnya, sebagai salah satu pusat kegiatan ummat Islam, masjid harus dapat memberikan contoh atau teladan dalam mengelola lingkungan. “Itu sebabnya konsep eko-masjid atau masjid berwawasan lingkungan perlu kita kembangkan,” ucapnya
Prof. Muhammad pun berharap agar lembaga takmir dan seluruh jamaah masjid dapat bekerjasama dalam mewujudkan lingkungan dan sumber daya di sekitar masjid menjadi berdaya guna sehingga dapat berdampak baik bagi masjid itu sendiri, jamaah, dan lingkungan di sekitar masjid.
Dalam sambutannya, Ketua LTM Baiturrahman, Prof. Ahmad Sudibyakto, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi lingkungan hidup di dunia, khususnya di Indonesia, yang semakin menunjukkan kerusakannya akibat ulah manusia.
“Degradasi (penurunan) kualitas lingkungan hidup di Indonesia dan dunia pada umumnya terus terjadi. Misalnya, kelangkaan sumber air bersih, pencemaran udara, tanah kritis, dan pencemaran lingkungan hidup, khususnya di daerah perkotaan,” ungkap Sudibyakto.
Menurutnya, ancaman ini semakin nyata dengan meningkatnya suhu bumi yang diperkirakan mencapai 0,1—0,5 derajat Celcius dalam 100 tahun ke depan. Ada banyak faktor penyebab kerusakan di bumi, seperti kejadian bencana alam yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi.
Akhir-akhir ini, lanjutnya, semakin banyak ancaman bencana dari aspek hidrometeorologi atau perubahan cuaca dan iklim sehingga menibulkan ancaman dan resiko bencana lingkungan yang semakin mengancam kehidupan manusia di bumi.
“Kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh ulah tangan manusia sendiri. Padahal, Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi. Sebagai khalifah Allah di muka bumi, sudah seharusnya manusia ikut memelihara sumber daya dan memakmurkan lingkugannya,” jelas Sudibyakto.
Ia pun menjelaskan tujuh program utama dalam Gerakan Eko-Masjid ini, yakni pertama, gerakan menghemat air; kedua, gerakan menghemat energi (listrik); ketiga, dilarang merokok; keempat, pengelolaan smaah dengan baik; kelima, lingkungan hidup yang tertib, indah, rapi, dan nyaman; keenam, perilaku hidup sehat dan bersih; serta ketujuh, pengelolaan air hujan untuk kehidupan.