DMI.OR.ID, JAKARTA – Terdapat banyak cara untuk memakmurkan masjid, antara lain dengan memperbanyak halaqah, taklim, pengajian dan pengkajian ilmu-ilmu di bidang ke-Islam-an, sains dan teknologi.
Dr. Habib Ali Hasan Al-Bahar menyatakan para tokoh masyarakat dan u’lama se-ibu kota Jakarta perlu mendapatkan jadwal, ruang dan tempat untuk tampil mengisi halaqah-halaqah di Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC), Jakarta Utara, Jakarta.
“Kami berharap masjid JIC memperbanyak halaqah. Para tokoh dan ulama perlu diberi jadwal untuk tampil di Masjid JIC,” tutur Habib Ali pada Rabu (12/8) malam, sebagaimana dikutip dari laman www.republika.co.id.
Kegiatan ini bertajuk Halaqah Ulama Ibu Kota Jakarta dengan tema: Peran Ulama dalam Membangun Ibu Kota Melalui Jakarta Islamic Centre, dan bertempat di Convention Hall JIC, Jakarta Utara, Jakarta.
Menurutnya, memperbanyak halaqah itu sangat penting untuk menghidupkan ruh Islam di masjid JIC. Jadi, semakin banyak halaqah maka semakin terasa ruh Islam di masjid JIC. “Contohnya di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Menteng, Jakarta Pusat, sebagai masjid yang sangat makmur,” paparnya.
MASK bisa makmur, lanjutnya, karena setiap hari ada halaqah dan para ulama sangat dimuliakan di sana. Habib Ali menjadi pembicara bersama-sama dengan budayawan Betawi, Drs. H. Ridwan Saidi, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof. Dr. H. Thomas Djamaluddin.
Hadir pula redaktur Harian Umum Republika, H. Irwan Kelana, pengamat dan peneliti budaya Betawi, Drs. H. Yahya Andi Sahputra. Keduanya juga menjadi pembicara dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., pada Rabu (12/8) malam. Hadir pula Ketua Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah DKI Jakarta, KH. Syarifuddin Abdul Ghani, dan seorang ulama dari negeri Tirai Bambu (Tiongkok), Syeikh H. Abu Bakar.
Dalam acara ini, Ridwan Saidi mendukung pernyataan Habib Ali terkait pentingnya kegiatan halaqah di masjid-masjid untuk meningkatkan ruh dan nuansa ke-Islam-an di masjid-masjid. “Salah satu langkah menjaga ruh Islam di Masjid JIC adalah memperbanyak halaqah. Jadi, masjid JIC harus memperbanyak halaqah,” ungkapnya.
Masjid JIC, lanjutnya, juga harus dilengapi dengan bedug, langgar dan tongkat untuk khatib. “Bedug itu identitas kita. Dikemplang atau tidak, yang penting bedug harus ada di masjjid JIC. JIC hendaknya memelihara memori tentang Islam di Jakarta,” jelasnya.
Menurutnya, perlu ada sudut kecil di masjid JIC yang merupakan langgar, Hal ini penting agar anak-anak kita mengetahui apa itu langgar. Pada masa lampau, Islam di Jakarta menyebar dari langgar.
Ridawan juga tidak setuju kalau ada yang mengatakan tongkat untuk khatib sholat Jum’at itu kuno. “Biar saja orang bilang tongkat untuk khatib naik mimbar itu dibilang kuno. Yang penting bagi ita adalah memelihara ruh Islam di masjid JIC ini,” tuturnya.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani