DMI.OR.ID, PADANG – Pimpinan Wilayah (PW) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mersa prihatin dengan penurunan minat ummat Islam di ranah Minang, Sumbar, untuk melaksanakan tadarrus Al-Qur’an usai sholat tarawih berjama’ah di bulan suci Ramadhan ini.
Ketua PW DMI Provinsi Sumbar, Drs. H. Yulius Said Datuk (Dt) Tan Basa, menyatakan hal itu pada Senin (7/6) malam, seperti dikutip dari laman http://www.gosumbar.com/.
“Berdasarkan pantauan PW DMI Sumbar di lapangan, dari 4.838 masjid yang tersebar di 19 Kabupaten/ Kota se-Sumbar, tidak sampai 50 persen yang masih melaksanakan tadarrus Al-Qur’an. Bahkan, sebagian besar justru mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Quran dengan memutar kaset. Kenyataan ini sungguh memprihatinkan,” paparnya.
Dahulu, lanjutnya, ada banyak jamaah yang bertadarrus usai sholat tarawih. Sekarang, berdasarkan kunjungan kami ke lapangan sejak tahun 2009, sedikit sekali yang masih bertahan menggelar tadarus, tidak sampai 50 persen. “itu pun hanya di awal-awal Ramadan, kalau sudah tengah bulan tambah loyo,” ungkapnya.
Apalagi banyak garin (pengurus masjid) yang putar kaset. “Kaset nanti yang masuk surga,” candanya usai menghadiri pembukaan acara Tadarus dari Masjid ke Masjid yang diselenggarakan Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Padang di Masjid Raya Sumatera Barat, Senin (7/6) malam.
“Kegiatan tadarrus bukan sekedar membaca dan memperdengarkan wahyu-wahyu Allah, melainkan terdapat transfer ilmu dari ustad atau orang yang telah mahir membaca Al Quran kepada anak-anak,” jelasnya.
Menurutnya, dengan semakin kendurnya tadarrus Al-Qur’an saat ini, dampaknya sangat terasa pada kemampuan anak-anak (selaku generasi penerus) dalam membaca, memahami, dan mengamalkan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari.
“Kekhawatirkan itu sudah terbukti. Banyak anak-anak yang masih salah dalam membaca Al Quran. Namun, kita justru tidak bisa berbuat lebih banyak,” ujarnya.
Kalau ada tadarus, ucapnya, maka ada guru atau ustaz yang membimbing anak-anak untuk meluruskan bacaan Al-Qur’an. “Mungkin anak-anak sudah ikut Taman Pendidikan Al Quran (TPA), tapi itu baru dasar,” tegasnya.
Berkurangnya pelaksanaan tadarus di masjid, paparnya, harus menjadi perhatian seluruh pihak, tidak sekedar alim ulama, namun juga pengurus masjid, masyarakat, hingga pemerintah.
Pernyataan senada diungkap oleh Sekretaris Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar, Ali Asmar. Ia menilai perlu adanya kerja keras dari pemerintah di kabupaten/ kota untuk mendorong pengurus masjid menyusun program tadarrus Al-Qur’an.
Program ini, paparnya, harus dirancang agar lebih diminati anak-anak dan remaja. Selain itu, para orang tua perlu memberikan dukungan pada anak-anaknya. “Hal ini penting agar mereka tidak bermalas-malasan dalam mengaji dan mengkaji Al Quran sebagai tuntunan agama,” jelasnya.
“Di masjid sudah ada TPA, tinggal bagaimana cara menarik santri TPA untuk ikut tadarrus. Setiap Ramadan, kami juga menggelar program pesantren untuk siswa. Seharusnya, sekolah dan pengurus masjid juga bisa mengarahkan siswanya untuk ikut tadarus,” harap Yulius.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani