Khutbah Idul Adha 1437 H
EMPAT TELADAN NABI IBRAHIM DAN KELUARGANYA
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani
Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dkawah (LPPD) Khairu Ummah.
Sekretaris Departemen Dakwah. Dan Pengkajian Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Iindonesia (DMI).
Penulis 37 Judul Buku Manajemen Masjid, Dakwah, dan Keislaman.
Nomor HP: 0812 9021 953
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Kembali kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt yang telah begitu banyak memberikan kenikmatan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya, karena itu keharusan kita adalah memanfaatkan segala kenikmatan dari Allah swt untuk mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi dari rasa syukur itu, salah satunya adalah ibadah berkorban pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik. Allah swt berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (QS Al Kautsar [108]:1-2).
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat-sahabat dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di sini kitapun melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah, pemotongan hewan qurban setelah shalat Idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan figur-figur teladan yang bisa memberi warna positif dalam kehidupan kita. Karena itu, Allah swt menjadikan Nabi Ibrahim as dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang masa, bahkan tidak hanya kita yang harus meneladaninya, tapi Nabi Muhammad saw juga harus meneladaninya, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Ada banyak sisi keteladanan dari Nabi Ibrahim yang amat penting untuk kehidupan kita. Melalui khutbah yang singkat ini, ada empat bentuk keteladanan yang harus kita kaji dan kita laksanakan. Pertama, memegang prinsip kebenaran sejak muda hingga usia tua dan mencapai kematian. Memahami, meyakini nilai-nilai kebenaran merupakan prinsip yang harus selalu dipegang manusia. Pada sosok Nabi Ibrahim, ada idealisme berkelanjutan. Ini amat penting, karena banyak orang buruk saat muda, baru baik saat tua. Ada pula yang baik saat muda, buruk saat tua, bahkan ada yang buruk dari muda sampai tua dan mati.
Kesimpulan ini kita dapatkan dari kisah Nabi Ibrahim yang menghacurkan berhala saat masih muda dan menunjukkan ketaatan yang luar bisa dengan menyembelih Ismail saat sudah amat tua. Nabi Ibrahim mencontohkan kepada kita bahwa prinsip ketuhanan dan aqidah yang benar merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Karena itu, sejak muda remaja, Nabi Ibrahim sudah berjuang agar keluarga dan masyarakatnya hingga para pemimpin terbuka hati dan pikirannya atas kesesatan bertuhan kepada selain Allah swt. Ibnu Abbas seperti dikutip Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menyebutkan tentang pentingnya masa muda.
“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan anak muda. Dan seorang yang alim tidaklah diberi Allah ilmu melainkan diwaktu muda.”
Yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim muda adalah menghancurkan berhala-berhala yang dipertuhankan masyarakatnya, hingga menyebabkan ia divonis mati dan betul-betul dieksekusi dengan cara dibakar. Allah swt berfirman:
قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ. قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim”. Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.
Setelah Ibrahim betul-betul dieksekusi, Allah swt menyelamatkannya dengan memerintahkan api itu agar menyelamatkan Ibrahim, Allah swt berfirman:
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”.
Karena itu, sejak muda seharusnya seseorang sudah membersihkan dirinya dengan taubat dan ini merupakan sesuatu yang sangat istimewa sehingga Allah swt lebih mencintainya ketimbang orang tua yang taubat, Rasulullah saw bersabda:
مَامِنْ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الشَّبَابِ التاَّ ئِبِ
Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat (HR. Ad Dailami).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dimuliakan Allah.
Kedua, kritis. Keharusan berlaku baik pada siapapun tidak boleh menghilangkan daya kritis, sebagaimana daya kritis tidak boleh juga menghilangkan kebaikan kita kepada orang yang harus kita pelakukan dengan baik. Nabi Ibrahim kritis kepada ayahnya, kepada masyarakatnya dan kepada pemimpin serta apa yang diajarkan.
Dalam kehidupan sekarang daya kritis amat kita butuhkan. Ini akan membuat kita bisa menseleksi mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Yang amat kita sayangkan adalah, sekarang ini kepentingan sesaat sangat mendominasi sehingga daya kritis sudah hilang, apalagi dalam bidang politik. Kehendak pemimpin seringkali harus disetujui dan dituruti begitu saja agar posisinya aman. Akibatnya yang prinsip diabaikan dan yang salah malah menjadi prinsip.
Dalam konteks kepemimpinan, memiliki pemimpin yang bertaqwa dan shaleh kepada Allah swt dan shaleh secara sosial merupakan sesuatu yang amat prinsip. Hal ini karena, jangankan pemimpin, teman kepercayaan saja harus orang yang bertaqwa dan tidak perlu diragukan keshalehannya, Allah swt berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَاتَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَايَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.(QS Ali Imran [3]:118).
Ayat tersebut turun ada sebabnya. Sahabat Ibnu Abbas ra menceritakan sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Ishak bahwa dulu kaum muslimin menjalin hubungan baik dengan orang-orang Yahudi, karena ketika masa jahiliyah mereka membuat janji setia untuk saling membela. Lalu Allah swt menurunkan firman-Nya ini. Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah pada dasarnya, kepada semua pihak kita harus menjalin hubungan yang baik dalam rangka pergaulan dan persahabatan.
Meskipun demikian, umat Islam tidak dibenarkan memberikan kepercayaan penuh kepada kalangan non muslim, karena sebaik-baiknya mereka secara lahiriah tetap saja akan membawa kemudharatan bagi umat Islam, mereka senang terhadap hal yang menyusahkan umat Islam, apalagi kebencian yang disembunyikan di dalam hati mereka lebih besar lagi.
Meskipun demikian, satu hal yang harus kita sadari bahwa daya kritis itu ada konsekuensinya, karenanya keberanian berkorban membuat orang bisa kritis terhadap segala pendapat dan kebijakan yang melanggar prinsip kebenaran ilahi. Buya Hamka dalam tafsirnya Al Azhar menyatakan: “Kalau tidak ada semangat seperti semangat Nabi Ibrahim, tidaklah akan ada perubahan kepada yang lebih baik di dunia ini” (Jilid 6 hal 51).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Teladan Ketiga dari Nabi Ibrahim dan Ismail as yang harus kita bangun pada generasi kita adalah menunjukkan kematangan pribadi. Hidayah sempurna dari Allah swt yang dimilikinya membuatnya memperoleh kematangan daya berpikir, kecerdasan dan kejernihan hati. Sebagai anak yang baru gede, kematangan diri Ismail tidak hanya dari sisi fisik yang sudah balig. Tapi ada tiga kematangan pada dirinya: Pertama,Kematangan berpikir sehingga ia bisa diajak berdialog dan dimintai pendapat, bahkan pendapatnya luar biasa, ini menunjukkan ada ketegasan dan kesamaan persepsi atau pemahaman dengan ayahnya. Ismail berpendapat tentang mimpi ayahnya: “Wahai ayah, kerjakan apa yang Allah perintah kepadamu.” Ia tidak mengatakan: “Wahai ayah, kalau memang engkau pahami perintah Allah demikian, kerjakan saja, resiko tanggung sendiri.”
Kedua, Kematangan jiwa untuk menerima dan melaksanakan perintah yang berat, bahkan ia mengatakan: “insya Allah, engkau dapati aku termasuk orang yang sabar.” Ia tidak mengklaim diri sebagai anak yang paling sabar, apalagi satu-satunya orang yang sabar. Ini menunjukkan akhlaknya yang sangat mulia. Ismail berusaha menjadi orang yang sebaik mungkin, tapi ia tidak mengklaim sebagai yang paling baik apalagi merasa sebagai satu-satunya orang yang baik.
Ketiga, Kematangan dalam memahami sejarah, sehingga punya Kesadaran sejarah, ia memahami dan menyadari bahwa generasi terdahulu banyak yang sabar, bahkan jauh lebih sabar dari dirinya. Ini membuatnya menjadi tawadhu (rendah hati), tidak sombong atas kebaikan dirinya. Sekarang ini berapa banyak orang yang berusaha menjadi baik dan benar, tapi kemudian menyombongkan diri karena begitu mudah menganggap orang lain salah dan iapun merasa benar sendiri.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Keempat yang merupakan teladan dari Nabi Ibrahim as dan Keluarganya adalah semangat berusaha dan berjuang untuk melanjutkan kelangsungkan hidup dan perjuangan menyebarkan dan menegakkan nilai-nilai kebenaran. Siti Hajar mencontohkan kepada kita bagaimana ia mau berusaha mencari rizki meskipun situasi dan kondisinya sangat sulit, karenanya ia berjalan menuju bukit shafa hingga Marwa, berusaha dan berusaha meski tidak mengabaikan perhatiannya kepada anak kesayangannya Ismail. Dalam haji dan umrah, apa yang dilakukan Siti Hajar ini diabadikan dalam bentuk sai yang artinya usaha, usaha dari hati yang suci (shafa) dan tidak mengabaikan nilai-nilai idealisme (Marwa).
Dalam konteks kehidupan sekarang, setiap kita harus mau berusaha secara halal, sesulit apapun keadaannya dan sekecil apapun peluangnya, hal ini karena peluang selalu ada dan memang selalu ada celah di tempat yang sempit sekalipun. Bila kaleng diisi kerupuk hingga penuh, masih ada celah untuk dimasukkan kacang bila kaleng itu digerak-gerakkan, bahkan meskipun sudah penuh dengan kerupuk dan kacang, gula pasir masih bisa dimasukkan, begitu juga dengan tepung yang lebih halus lagi. Hanya orang yang tidak mau berusaha dan berjuang yang menganggap sudah tidak ada peluang lagi, Allah swt berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS Al Mulk [67]:15).
Manakala kita mau meneladani kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya, niscaya terbentuk kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa yang diridhai Allah swt.
Demikian khutbah kita hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, akhirnya marilah kita tutup dengan doa:
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.