DUA HIKMAH GERHANA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الاِيْمَانِ وَاْلاِسْلاَمِ وَهِيَ اَعْظَمُ النِّعَمِ. اَشْهَدُ اَنَّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ . اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sebagai Muslim, kita tidak melewatkan begitu saja waktu, kesempatan dan berbagai kejadian, kecuali ada hikmah yang harus kita peroleh. Karena itu, setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini harus kita ambil hikmah atau pelajarannya untuk kehidupan kita, salah satunya peristiwa terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan.
Kita bersyukur, Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita sekali lagi untuk merasakan suasana peristiwa gerhana matahari pada saat ini.
Dari sekian banyak, paling tidak ada dua hikmah penting untuk kita bahas pada kesempatan yang singkat ini.
Pertama, meluruskan keyakinan yang salah dan menguatkan aqidah yang benar. Sebagaimana kita ketahui, dahulu Rasulullah SAW amat berduka atas wafatnya putera beliau yang bernama Ibrahim.
Sebelumnya, putera beliau yang bernama Qasim juga meninggal dunia sehingga Ibrahim menjadi anak laki satu-satunya, yang seringkali menjadi harapan besar dari orang tua untuk melanjutkan jejak perjuangan.
Duka Rasul atas wafatnya sang putera adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi, bagian dari kasih sayangtua terhadap anaknya. Namun dalam suasana seperti itu, tiba-tiba terjadi gerhana matahari sehingga suasana siang yang terang tiba-tiba menjadi gelap.
Lalu, banyak orang yang kemudian menyatakan bahwa alam turut berduka atas wafatnya Ibrahim. Ketika mendengar hal itu, Rasulullah saw kemudian menegaskan dalam sabdanya:
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ
Artinya: Dari Abu Mas’ud al-Anshary RA, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan dari tanda-tanda kekuasaan Allah, yang dengan keduanya Allah hendak menjadikan hamba-hamba-Nya berperasaan takut.
– Keduanya (matahari dan bulan) tidak mengalami gerhana dengan sebab matinya seorang manusia dan tidak pula karena hidupnya seorang manusia. Sekiranya kamu melihat salah satu dari dua gerhana tersebut, maka shalatlah dan berdoalah sampai selesai. (Hadis Riwayat Muslim)
Dengan demikian, jangan sampai kita masih memiliki keyakinan atau kepercayaan yang tidak benar berkaitan dengan gerhana. Memang, nenek moyang kita dahulu memiliki keyakinan yang ternyata tidak berdasar.
Keyakinan-keyakinan yang tidak benar itu harus kita luruskan, bukan hanya yang terkait dengan gerhana, tapi keyakinan apapun yang tidak benar harus kita luruskan dan aqidah harus kita kokohkan.
Rasulullah SAW dan semua Nabi membawa misi tauhid, yakni agar manusia menuhankan Allah SWT saja, karenanya segala keyakinan, kepercayaan, dan anggapan serta pendapat yang tidak berdasar mesti diluruskan, apalagi bila hal itu hanyalah dusta dalam aqidah yang sangat berbahaya.
Sebagai contoh, sahabat Ibnu Abbas menceritakan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Juwaibir bahwa ada tiga kabilah yakni Amir, Kinanah dan Bani Salamah yang masyarakatnya menyembah berhala. Mereka berkata: “Kami tidak menyembahnya melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Atas ucapan itu, Allah swt menurunkan firman-Nya:
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Artinya: Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.
Sesungguhnya, Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar (QS Az Zumar [39]:3).
Jamaah Sekalian Yang Berbahagia.
Hikmah Kedua yang harus kita ambil dari peristiwa gerhana adalah betapa besar kekuasaan Allah SWT, peristiwa ini hanyalah salah satu tanda dari begitu banyak tanda kekuasaan yang besar itu. Bila kita telah menyadari hal ini, mestinya kita menjadi orang yang takut kepada Allah SWT, takut kepada murka, siksa dan azab-Nya.
Karena itu segala hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah SWT mesti kita jauhi, bahkan bila kita bersalah atau berdosa, segera kita mengakui kesalahan, menyesali, bertaubat bahkan tidak menghindar dari hukuman.
Orang yang takut kepada Allah SWT justru meminta dihukum atas kesalahannya di dunia ini, karena ia merasa dan memahami lebih baik dihukum di dunia ini daripada di akhirat nanti.
Dalam kehidupan sekarang, banyak sekali orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah SWT, buktinya penyimpangan demi penyimpangan dilakukan. Mereka tidak merasa bersalah dengan berbagai alasan yang terlalu dibuat-buat. Tragisnya, mereka berjuang dengan gigih untuk tegaknya suatu kesalahan dan penyimpangan, naudzubillah.
Kita tentu masih ingat kisah seorang wanita pada masa Nabi yang berzina dengan sebab kekhilafan, ia cepat menyadari kesalahan, menyesali, bertaubat dan menemui Rasul untuk minta dihukum.
Meskipun hukumannya ditunda sampai ia melahirkan dan menyusui, akhirnya eksekusi tetap dilaksanakan yang menyebabkan kematiannya dan Rasulullah SAW menshalatkan jenazahnya. Rasulullah SAW menyatakan bahwa ia akan masuk ke dalam surga, tapi ketika ada sahabat yang mempertanyakan karena wanita itu berzina, beliau kemudian bersabda:
لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Artinya: Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah? (HR. Muslim).
Demikian khutbah kita hari ini, semoga berbagai peristiwa dapat kita ambil hikmahnya, apalagi peristiwa yang menunjukkan kekuasaan Allah swt. Marilah kita berdoa:
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.
Artinya: Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu, dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu, serta anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Khutbah oleh: Ustaz Drs. H. Ahmad Yani
Sekretaris Departemen Dakwah dan Pengkajian Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI)
Sumber: http://ahmadyani.masjid.asia/2016/03/khutbah-shalat-gerhana-dua-hikmah.html