Salah satu masjid yang dapat memfasilitasi kebutuhan para wisatawan untuk beribadah sholat lima waktu di obyek wisata curug (air terjun) Kedung Pedut ialah Masjid al-Amin. Masjid ini berlokasi di Dusun Kembang, Desa/ Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tepatnya di depan pintu masuk obyek wisata ini.
Alhamdulillahi Rabbil A’lamin, penulis berkesempatan untuk berkunjung ke masjid al-Amin pada Rabu (2/8), bersama-sama dengan tujuh orang lainnya dari kampus Universitas Indonesia (UI) untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur dan ashar berjama’ah dengan tata cara Jama’ takdim qashar sebanyak empat raka’at. Artinya, kami menggabungkan sholat dzuhur dan ashar dalam satu waktu (di waktu dzuhur) dengan cara memendekkan raka’at menjadi dua raka’at untuk sholat dzuhur dan dua raka’at untuk sholat ashar sehingga totalnya menjadi empat raka’at.
Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, Masjid al Amin ini didominasi oleh warna hijau muda di bagian dinding luar dan dinding dalamnya, dengan model atap tumpang dua berbentuk limas segi empat di bagian pucuk atapnya dan limas persegi panjang di bagian atap bawahnya. Masjid ini berukuran sedang dan memiliki mihrab (kiblat) berbentuk masjid dalam ukuran kecil. Terdapat pula permadani berbentuk sejadah berwarna hijau sebagai tempat untuk menunaikan ibadah sholat bagi para jama’ah.
Selain itu, ada juga mimbar atau podium masjid sederhana yang terbuat dari kayu dan dapat digunakan oleh khatib sholat Jumat dan da’i/ penceramah untuk memberikan khutbah atau taushiyah kepada para jama’ah masjid. Ada pula kursi yang terbuat dari kayu sebagai tempat duduk/ istirahat bagi khatib/ da’i/ penceramah di masjid. Lalu di sebelah kirinya, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan peralatan belajar-mengajar (tatakan) bagi para santri. Umumnya, tatakan itu digunakan oleh para santri untuk belajar mengaji al-Qur’an dari para ustadz dan da’i di masjid sembari duduk di atas sejadah, sebagai alas kitab suci al-Qur’an atau pun buku-buku pelajaran Islam lainnya.
Di bagian belakang masjid, terdapat juga sebuah lemari atau rak buku untuk menyimpan buku-buku pelajaran agama Islam, kitab suci al-Qur’an, dan kitab-kitab kuning lainnya. Kitab-kitab suci al-Qur’an itu hanya boleh dibaca di masjid, tidak boleh dibawa pulang oleh jama’ah. Adapun tempat untuk berwudhu dan toilet bagi para jama’ah terletak di sebelah masjid dengan peralatan yang masih tradisional, namun airnya langsung berasal dari Sungai Mudal yang juga mengalir ke curug Kedung Pedut dan curug Kembang Soka. Penulis merasakan air wudhu yang sangat segar dan dingin karena masih alami dan dialirkan langsung dari sungai, bukan air tanah.
Saat itu, rombongan kami dari kampus total berjumlah sembilan orang dan berangkat di pagi hari dari tempat penginapan kami di Hotel Nugraha, Jalan Sartono Nomor 813, Prawirotaman, Kecamatan Mantrirejon, Kota Yogyakarta. Perjalanan menuju Curug Kedung Pedut memakan waktu sekitar satu jam 13 menit dari penginapan kami dengan asumsi lalu lintas berlangsung lancar. Adapun jarak yang ditempuh sejauh 41 Kilometer dengan kendaraan mobil ‘Avanza’.
Sepanjang perjalanan, penulis melihat kondisi alam yang masih asli, perawan, dan belum banyak terjamah oleh pembangunan, meskipun kondisi jalan beraspal dan kualitasnya cukup baik. Lanskap alam ini semakin indah dengan kabut yang turun ke jalan serta jajaran pepohonan kayu, pinus, dan karet yang berjejer di sepanjang jalan dengan uniknya. Apalagi suasana jalan cukup sepi dari kendaraan lain sehingga terasa seperti di alam liar. Sembari membuka kaca mobil, kami juga menghirup udara segar bermandikan kabut yang terasa dingin sampai ke badan.
Subhanallah, walhamdulillah, Allahu Akbar, sungguh indah dan agung ciptaan-Mu Ya Allah SWT. Keindahan air terjung Kedung Pedut lengkap dengan hutan rimba dan alamnya ini hanyalah salah satu dari sekian banyak bukti dan kesempurnaan-Mu ya Allah.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani