DMINEWS, JAKARTA — Presiden Republik Indonesia (RI), Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pentingnya sektor maritim dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015, saat memberikan pidato penutupan “Asian African Summit (ASS)” pada Kamis (23/4), di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta.
Tepatnya, di depan kepala negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri dan perwakilan delegasi dari 91 negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015, negara-negara pemantau (oberver) dan organisasi internasional.
“Kita menyadari pentingnya sektor maritim dan arti strategis Samudera Hindia sebagai jembatan pembangunan ekonomi di Asia dan Afrika,” tutur Presiden Jokowi pada Kamis (23/4) petang.
Menurutnya, kerja sama maritim akan menjadi salah satu pilar utama Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (New Asian Afrika Strategic Partnership/ NAASP).
“Saya akan bekerja dengan anda semua untuk memastikan bahwa Kemitraan Strategis antara Asia dan Afrika benar-benar terwujud, demi kemakmuran, keadilan dan ketenteraman seluruh warga bangsa Asia-Afrika” ujarnya.
Menurut Presiden Jokowi, dalam Peringatan ke-60 Tahun KAA 2015 (Asian Afrikan Conference Commemoration), seluruh peserta KAA seakat untuk membentuk jejaring pusat pernjagaan perdamaian di kedua kawasan, yang dapat memfasilitasi kerja sama peningkatan kapasitas.
“Kita juga sepakat untuk meningkatkan perdagangan dan investasi sebagai mesin pendorong perekonomian,” ungkapnya.
Peserta KAA, lanjut Presiden, juga mengecam aksi ekstrimisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama dan mendorong dialog budaya dan agama. “Semua ini demi martabat dan kejayaan Selatan-Selatan yang selalu memegang teguh perikemanusiaan dan perdamaian abadi,” ujarnya. Suara yang disampaikan dalam KAA 2015 ini, jelasnya, adalah suara kebangkitan Asia-Afrika. Bahkan kita sepakat untuk menggelorakan kembali itni perjuangan Selatan-Selatan, yakni kesejahteraan, solidaritas dan stabilitas negara-negara Asia-Afrika.
Di akhir pidato penutupan itu, Presiden Jokowi pun mengetuk palu tiga kali dan menyatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika 2015 ini ditutup.
Dalam perhelatan AAS ini, hadir sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan, antara lain Perdana Menteri (PM) Rwanda, Rt. Hon. Anastase Murekezi, PM Nepal, Rt. Hon. Mr. Sushil Koirala dan Raja Yordania, His Majesty Raja Abdullah II bin Al Husein, serta PM Palestina, H.E. Dr. Rami Hamdallah.
Hadir pula PM Singapura, H.E. Lee Hsien Long, Presiden Vietnam, H.E. Mr. Truong Tan Sang, Presiden Dewan Perwakilan Libya, H. E. Mr. Akila Saleh Elisa, Raja Swaziland, His Majesty King Mswati III, PM. Mesir, H.E. Ir. Ibrahim Mehlab, dan PM. Jepang, H.E. Shinzo Abe, serta PM. kerajaan Thailand, H.E. Jenderal Prayut Chan-O-Cha.
Adapun tujuh presiden lainnya yang hadir ialah Presiden Sierra Leone, H.E. Dr. Ernest Bai Koroma, Presiden Iran, H.E. Dr. Hassan Rouhani, Presiden Myanmar, H.E. U Thein Sein, Presiden Timor Leste, Taur Matan Ruak, Presiden Madagaskar, H.E. Hery Rajaonarimampianina dan Presiden Zimbabwe, H.E. Robert Gabriel Mugabe.
AAS 2015 ini mengambil tema “Strengthening South-South Cooperation to Promote World Peace and Prosperity (Memperkuat Kerja Sama Selatan-Selatan untuk Mempromosikan Perdamaian dan Kemakmuran Dunia)”.
Dalam event AAS ini, Presiden Republik Indonesia (RI),Ir. H. Joo Widodo (Jokowi), bertindak sebagai pimpinan sidang didampingi oleh Presiden Zimbabwe, H.E. Robert Gabriel Mugabe.
Hadir pula Mantan Presiden RI, Prof. Dr-ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, dan Hj. Megawati Soekarnoputri serta berbagai perwakilan organisasi internasional non-pemerintah.
Misalnya, Presiden Islamic Development Bank (IDB), Dr. Ahmed Mohamed Ali, Asiten Umum untuk Hubungan Ekonomi Organisasi Konferensi Islam (OKI), Duta Besar Hameed A. Opeloyeru, Penasihat Sekretaris Jenderal Liga Arab, Duta Besar Dr. Khaled Nayef Al-Habbass, dan Sekretaris Eksekutif United Nations Economic and Social Commision for Asia and Pacific (UNESCAP) Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ibu Shamshad Akhtar.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani
Keterangan Foto: Trio Pemimpin Asia, PM. Shinzo Abe, Preiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping.