DMI.OR.ID, JAKARTA – Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan (Jaksel), H. Tri Kurniadi, SH, M.Si., mengajak seluruh pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Administrasi Jaksel untuk mewaspadai ajaran sesat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di ibu kota Jakarta.
“Gafatar ini jangan sampai menyebar di Jakarta. Apalagi besok, Jumat (29/1), akan tiba 3.032 warga eks-Gafatar di Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka berasal dari Banjarmasin dan wilayah Kalimantan lainnya. Nanti, mereka akan ditepatkan di Bumi Perkemahan Taman (Buperta) Cibubur untuk sementara,” papar Tri Kurniadi pada Kamis (28/1).
Wali Kota Tri menyatakan hal itu saat memberi sambutan dalam Musyawarah Daerah (Musda) VI DMI Kota Administrasi Jaksel pada Kamis (28/1) di Aula Komplek Rumah Jabatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Kalibata, serta mengambil tema: Meningkatkan Peran DMI Sebagai Wadah Perjuangan Dalam Memberdayakan Masjid.
“Selamat dan sukses atas terselenggaranya Musda VI DMI Kota Administrasi Jaksel. Semoga Musda ini mampu menghasilkan keputusan yang baik bagi sekitar 700 masjid dan musholla di seluruh Jaksel,” tutur Tri Kurniadi.
Apalagi, lanjutnya, wilayah atau lingkungan kita saat ini membutuhkan perhatian besar dengan munculnya aliran sesat Gafatar. “Jadi, musholla dan masjid jangan hanya enjadi tempt ritual semata, harus memperhatikan lingkungan dan wilayah kita,” paparnya.
Tri juga mengungkapkan keherenannya dengan aktivitas Gafatar yang selalu giat dalam aktivitas sosial seperti bagi-bagi sembilan bahan pokkok (sembako), donor darah, dan memberi santunan sosial, serta mengucapkan Assalammu’alaikum, tetapi anehnya tidak pernah sholat.
“Dahulu, saya pernah kecele (teledor) melakukan audiensi dengan Gafatar. Aktifitas sosial mereka baik, seperti donor darah dan bagi-bagi sembako, tapi anehnya nggak pernah sholat, padahal mengucapkan Assalammu’alaikum,” ungkapnya.
Menurutnya, Pemerintah bersama-sama DMI harus memerangi kebodohan dan kemiskinan yang masih merebak di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. “Banyak warga yang keblinger dengan Gafatar karena ilmunya masih cetek (rendah) dan belajar agama pada guru yang salah,” imbuhnya.
“Kita harus buka pikiran warga yang keblinger itu, jangan tutup mata. Saya pun heran kenapa sampai sekarang tokoh-tokoh Gafatar itu belum ada yang ditangkap, padahal mereka sudah melakukan makar terhadap negara,” paparnya.
Menurut Kepala Kepolisian RI (Kapolri), Jederal Polisi H. Badrodin Haiti, lanjutnya, Di dalam struktur Gafatar ada wali kota, bupati, menteri, hingga presiden sendiri. “Ini jelas tindakan makar,” tegasnya.
“Ke depan, tantangan kita semakin berat dengan sempalann agama yang macam-macam ini. Mudah-mudahan Musda VI ini dapat mencapai musyawarah mufakat dengan proses demokrasi yang baik. Jangan sampai demokrasinya kebablasan seperti sekarang, padahal zaman nabi nggak ada demokrasi,” ungkapnya.
Dalam Musda VI ini, turut hadir 10 orang undangan dan peninjau, antara lain Ketua Pimpinan Wilayah (PW) DMI Provinsi Derah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Drs. KH. Ma’mun Al Ayyubi, dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (PD) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi Jaksel, KH. Muhammad Idris Saikin.
Ketua PW DMI Provinsi DKI Jakarta dan Wali Kota Jaksel juga berkenan secara resmi membuka Musda VI ini dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani