DMI.OR.ID, NEW YORK – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), DR. H. Muhammad Jusuf Kalla, MBA., berhasil memainkan diplomasi kebudayaan nasional dengan memakai batik pada sesi debat di depan para pemimpin dunia, dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), pada Jum’at (2/10) sore waktu setempat.
Seperti dikutip dari laman http://nasional.kompas.com/, Wapres Kalla tidak memakai pakaian jas lengkap seperti yang dipakai para pemimpin negara lainnya. Wapres Kalla memilih pakaian batik Indonesia sebagai tanda peringatan Hari Batik Nasional yang sedang dirayakan di Tanah Air pada Jum’at (2/10).
Sejak enam tahun lalu, 2 Oktober 2009, Badan Pendidikan PBB, The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah menetapkan batik sebagai warisan dunia (The World Heritage) dari Indonesia.
“Ya, ya (kita) pakai batik nanti,” ujar Wapres Kalla yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) di New York, AS, Jumat (2/10), waktu setempat.
Menurut Wapres Kalla yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, forum pertemuan para pemimpin dunia di PBB ini sangat penting karena turut serta menentukan nasib bangsa-bangsa dunia di masa depan.
“Misalnya terkait dengan Sustainable Development Goals / SDG (Pembagunan Berkelanjutan), pemerintah (Indonesia) harus menjalankan 17 langkah dan 169 program peningkatan kualitas sumber daya manusia (sdm) di bidang pendidikan, kesetaraan gender, sanitasi, kesehatan ibu dan anak, kemitraan global serta produksi dan konsumsi pangan,” jelasnya.
Pemerintah, lanjutnya, juga harus menanggulangi masalah kemiskinan, perubahan iklim, penyakit The Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dan lain-lain.
Dalam rangkaian agenda di forum Sidang Umum PBB ini, Wapres Kalla turut menyaksikan pengibaran bendera Palestina di depan masrkas PBB, Bew York, untuk pertama kalinya dalam sejarah. Wapres juga sempat bertemu degan para pejabat dan pengusaha asal negeri Paman Sam itu.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani